REPUBLIKA.CO.ID NUSA DUA --Potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia men jadi salah satu tema yang dibahas pada pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali. Keuangan syariah dinilai memiliki dampak besar terhadap perekonomian, baik lokal, nasional, maupun global.
Menurut Joachim Levy, CMO Grup Bank Dunia, pada "Symposium on Islamic Infrastructure Finance" pada pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali, keuangan syariah merupakan pasar yang sangat besar. Penetrasi rata-rata pasar keuangan syariah di atas 50 persen di negara-negara maju.
Di Indonesia, kata Levy, penetrasi keuangan syariah terus berkembang dan berpotensi besar untuk tumbuh dengan pesat. Bank Dunia dan Bank Pembanguan Islam (IDB) kini telah bekerja sama untuk meningkatkan pengetahuan global terkait kelebihan keuangan syariah.
"Khususnya dalam hal pembiayaan infrastruktur," kata Levy dalam simposium yang digelar Rabu (10/10).
Hal ini, jelas dia, ditujukan agar lebih banyak investor yang berpindah ke keuangan syariah. Dana itu bisa digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur yang ramah lingkungan.
Sementara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kapasitas industri keuangan syariah khususnya perbankan masih belum dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur yang besar. Menurut Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perbankan syariah agar dapat membiayai proyek-proyek infrastruktur.
Pembiayaan sindikasi oleh perbankan syariah juga dapat menjadi alternatif metode pembiayaan untuk mengatasi kendala keterbatasan dana pembiayaan berskala besar oleh individu bank syariah. Contoh sindikasi pembiayaan syariah yang telah ada di Indonesia adalah pembiayaan proyek jalan tol Soreang-Pasir Koja.
Ini melibatkan enam bank syariah, pembangunan bandara Kertajati oleh tujuh bank syariah dan empat bank syariah dalam sindikasi proyek PLN. "Hal ini menunjukkan bank-bank syariah juga dapat berkontribusi dalam infrastruktur," kata Nurhaida.