Jumat 12 Oct 2018 13:43 WIB

Anugerah Syariah Republika Kembali Digelar

ASR kali ini kategori penghargaan ditambah dengan memasukkan wisata halal.

Red: Gita Amanda
Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi berikan sambutan dalam Anugerah Syariah Republika (ASR) 2017 di Jakarta, Rabu (6/12) malam.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi berikan sambutan dalam Anugerah Syariah Republika (ASR) 2017 di Jakarta, Rabu (6/12) malam.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Republika kembali akan menggelar Anugerah Syariah Republika (ASR) 2018 di Jakarta pada awal November mendatang. ASR akan memberikan penghargaan kepada institusi dan industri keuangan perbankan, keuangan nonperbankan, industri asuransi, industri mikro-makro, financial technology (fintech), multifinance, lembaga filantropi, tujuan wisata favorit ramah Muslim, hingga tokoh syariah.

Ketua ASR 2018, Elba Damhuri, mengatakan, pada ASR kali ini kategori penghargaan ditambah dengan memasukkan wisata halal atau ramah Muslim. "Kita membuka polling kepada publik untuk memilih provinsi mana yang ramah terhadap wisata Muslim," kata Elba di Jakarta, Jumat (12/10).

Baca Juga

Dari 30 lebih provinsi di Tanah Air, publik yang pernah dan sudah melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata tentu bisa membandingkan mana yang ramah dan belum ramah terhadap wisatawan Muslim. Menurut Elba, ukuran itu bisa dilihat dari infromasi tentang restoran dan kuliner yang halal, hotel yang ramah Muslim, penunjuk waktu dan arah shalat di hotel, informasi area masjid yang mudah, hingga kualitas layanan terhadap wisatawan.

Tambahan kategori kedua, sambung Elba yang juga kepala Republika.co.id ini, penghargaan untuk lembaga filantropi di Indonesia. Pada ASR yang untuk kedua kalinya digelar ini, Republika ingin memperbesar peran lembaga-lembaga filantropi untuk memajukan ekonomi umat dan bangsa.

"Semangat itu kita tambah dan pompa dengan pemberian penghargaan ini," kata Elba.

Tambahan kategori ketiga, terkait dengan industri kecil dan menengah yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. Dari riset Republika, Elba menjelaskan, jumlah usaha yang menerapkan prinsip syariah ini, baik UMKM maupun usaha besar, semakin banyak dan sangat layak diberikan penghargaan.

Bisnis mereka, kata Elba, jelas memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian nasional. Mereka tidak hanya melakukan transaksi dengan meningkatkan produksi, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, mengurangi kemiskinan, mengikis kesenjangan, mengangkat daya beli, hingga membantu menaikkan derajat pendidikan keluarga mereka.

Pada ASR pertama setahun lalu (2017), kategori penghargaan masih berfokus pada industri keuangan dan tokoh syariah. Setidaknya ada sepuluh penghargaan yang akan disematkan Republika untuk pelaku, industri, dan tokoh ekonomi syariah di Indonesia.

Kategori Perbankan dibagi berdasarkan jumlah aset (BUKU--bank umum kelompok usaha) sehingga terpecah menjadi beberapa penghargaan. Untuk Kategori Asuransi juga terbagi berdasarkan kelas bisnisnya.

Elba melanjutkan, ada juga kategori Fintech Terbaik dan Fintech Terinovasi. "Fintech sedang tumbuh bagus dan semakin ekspansif, terutama fintech pembiayaan dan pembayaran. Ini termasuk penghargaan bergengsi meski pemainnya belum banyak," kata Elba.

Kriteria penilaian berbasiskan data kuantitatif berupa catatan kinerja industri selama 2017 dan kinerja triwulan satu 2018. Selain kuantitatif, juga berdasarkan indikator kualitatif, seperti pelayanan dan pandangan publik/konsumen.

Penilaian ketiga didasarkan inovasi yang telah dilakukan. Apa saja terobosan yang sudah dilakukan yang bisa dilihat dari produk-produk yang dimiliki dan kegiatan-kegiatan yang digelar.

Penilaian keempat, Republika memasukkan unsur edukasi dan sosialisasi, apakah industri keuangan syariah di Tanah Air gencar melakukan sosialisasi dan edukasi, mengajak masyarakat tahu, paham, dan akhirnya menjadi nasabah mereka.

Dewan juri terdiri dari ahli ekonomi syariah, ahli fikih syariah, dan juri internal Republika. Republika juga, kata Elba, mengajak masyarakat untuk mengajukan sosok yang pantas dan tokoh-tokoh yang layak menjadi tokoh syariah Republika.

"Tokoh-tokoh ini bisa berasal dari pebisnis, pengusaha, akademisi, bankir, pelaku industri syariah, ulama, santri, aparat pemerintah, pejabat terkait, regulator, hingga pegiat-pegiat lingkungan dan pendidikan," kata Elba.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement