EKBIS.CO, NUSA DUA -- Di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali, BNI menyalurkan pembiayaan proyek Infrastruktur dan Transportasi Indonesia. Dukungan tersebut direalisasikan dengan penandatangan perjanjian kerjasama dengan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus yaitu dengan PT Hutama Karya (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero). Keduanya dilaksanakan pada hari yang sama, Kamis (11/10).
Kerjasama BNI dengan PT Hutama Karya (Persero) dilaksanakan dalam bentuk penyaluran Kredit Sindikasi dengan maksimum kredit sebesar Rp 2,45 triliun. Kredit ini dimaksudkan untuk membiayai pembangunan proyek pengerjaan Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Terbanggi Besar – Kayu Agung.
Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan menyebutkan, dari total nilai investasi pembangunan sebesar Rp 13,57 triliun, sekitar Rp 9,16 triliun (67,53 persen) diantaranya dibiayai oleh sindikasi Perbankan. Pekerjaan konstruksi jalan tol ini per Agustus 2018 telah mencapai mencapai 75,11 persen, dan diproyeksikan akan beroperasi secara komersial pada Oktober 2019.
"Dalam pembiayaan sindikasi perbankan ini, BNI ditunjuk sebagai Joint Mandated Lead Arranger and Bookrunner (JMLAB) bersama dengan Bank Mandiri, CIMB Niaga, PT Sarana Multi Infrastruktur dan BRI. Selain itu, BNI juga berperan sebagai agen escrow atau penampungan," ujarnya.
BNI juga mendukung PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau Garuda Indonesia melalui penyediaan Stand By Letter of Credit (SBLC) yang dapat dimanfaatkan oleh Garuda untuk Pengelolaan Dana Perawatan Pesawat.
"Kerjasama fasilitas ini merupakan bentuk kepercayaan BNI kepada Garuda Indonesia yang terus meningkatkan performa perusahaan ditengah daya saing industri penerbangan yang sangat tinggi. Selain itu, BNI juga menjadi mitra strategis Garuda Indonesia yang menyediakan fasilitas transaksi perbankan lainnya, yaitu seperti cash management, pembayaran gaji karyawan, e-tax, hingga kredit konsumer kepada pegawai," ujar Putrama.
Dengan dilaksanakannya perjanjian kerja sama tersebut, BNI telah memberikan fasilitas Non Cash Loan kepada Garuda Indonesia sebesar 200 juta dolar AS yang merupakan persetujuan awal dari rencana sampai dengan 400 juta dolar AS.