Senin 15 Oct 2018 23:47 WIB

BI: Surplus Neraca Perdagangan September Pertanda Baik

Surplus perdagangan September dipicu sektor nonmigas.

Red: Nur Aini
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Hafidz Mubarak/Antara
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai surplus neraca perdagangan pada September 2018 merupakan pertanda baik bagi ekonomi domestik.

"Ini menunjukkan beberapa langkah bersama yang dilakukan BI dan pemerintah untuk menurunkan current account deficit (CAD), ada tanda-tanda awal mengarah ke perkembangan membaik," ujarnya saat ditemui usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Senin (15/10).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 mengalami surplus 0,23 miliar dolar AS yang dipicu surplus sektor nonmigas sebesar 1,3 miliar dolar AS meskipun sektor migas masih mengalami defisit 1,07 miliar dolar AS.

"Surplus perdagangan lebih bagus 0,23 miliar dolar dibandingkan defisit agustus 1,02 miliar dolar. Kelihatan penurunan terbesar di impor khususnya impor migas dan ada sebagian impor nonmigas," katanya.

Terkait ekspor, kata Perry, memang belum optimal terutama karena pertumbuhan ekonomi Cina yang merupakan negara tujuan ekspor komoditas utama Indonesia, masih relatif lambat. "Dengan pertumbuhan ekonomi Cina melambat ya wajar permintaan ke komoditas agak melambat, tapi kita juga sudah bersyukur bahwa ekspor kita naik. Cuma, memang untuk menggenjot lebih tinggi lagi, kalau hanya bertumpu pada komoditas, agak susah," katanya.

Menurut dia, ekspor dari sisi manufaktur dan juga sektor pariwisata perlu didorong sehingga dapat membantu perbaikan defisit transaksi berjalan.

"Selain mendorong ekspor untuk memperbaki CAD, mengurangi impor dan mendorong pariwisata. Pariwisata ini cepat bisa mendorong devisa sehingga bisa memperbaiki CAD," ujar Perry.

Kendati demikian, lanjutnya, meskipun neraca perdagangan September membaik, dalam jangka pendek pada triwulan tiga, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) belum bisa menurun drastis dan kemungkinan ada kecenderungan lebih dibandiingkan kuartal kedua.

"Tetapi, pada tahun 2019 mengonfirmasi perkiraan kami CAD pada 2019 sekitar 2,5 persen. Kalau tahun ini kan tetap di bawah 3 persen, tetapi mengarah ke 3 persen. Di 2019 akan menjadi 2,5 persen," kata Perry.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement