EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksi adanya peningkatan nilai ekspor tahun ini hingga 24 persen. Ekspor tahun ini diperkirakan mencapai Rp 499,30 triliun.
Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengatakan, peningkatan nilai ekspor ini bukan berasal dari peningkatan kuota ekspor melainkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Ekspor tetap dilakukan dengan kuota sama, maka berdampak pada nilai ekspor," ujarnya, Rabu (24/10).
Ekspor yang dilakukan bukan hanya berfokus pada jagung yang diakui cukup tinggi. Tapi juga produk hortikultura seperti bawang merah, nanas, manggis, mangga dan lainnya.
Selain diversifikasi komoditas ekspor, pembukaan pasar baru juga terus dilakukan. Tahun ini, mangga sudah masuk pasar Qatar.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian juga terus membaik. Ia menambahkan, pada 2013, PDB sektor pertanian hanya sebesar Rp 994,8 triliun, dan meningkat di 2017 menjadi Rp 1334,7 triliun.
Selama 2013-2017, akumulasi peningkatan PDB sektor pertanian mencapai Rp 906,1 triliun. Meningkatnya nilai PDB sektor pertanian ini tidak terlepas dari meningkatnya produksi pertanian yg dihasilkan selama ini.
Pada tahun 2018, nilai PDB sektor pertanian diperkirakan juga akan meningkat menjadi Rp 1463,9 triliun. Tren baik pertumbuhan sektor pertanian ini terlihat dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II tahun ini, pertanian menjadi sektor terbesar kedua setelah industri pada pertumbuhan ekonomi nasional.
BPS merilis Ekonomi Indonesia kuartal ll 2018 terhadap kuartal tahun sebelumnya meningkat sebesar 4,21 persen quarter-to-quarter (q to q). Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 9,93 persen.
Dilihat dari struktur PDB dan pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha kuartal ll-2018 dibanding tahun sebelumnya (yoy). Sumbangsih sektor pertanian pada struktur PDB sebesar 13,63 persen, dengan Pertumbuhan Ekonomi 4,76 persen.
"Pertanian juga turut berkontribusi dalam menurunkan tingkat inflasi," ujar dia.
Terkendalinya harga pangan menyebabkan inflasi bahan makanan tahun 2017 sebesar 1,26 persen, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan 2013 sebesar 11,35 persen, dan sekaligus 2017 inflasi bahan makanan dibawah inflasi umum yang masih sebesar 3,61.
Menurunnya inflasi bahan makanan terjadi karena stabilnya harga pangan yang dapat dinikmati konsumen. Hal ini karena pasokan produksi dalam negeri sangat memadai terutama beras.
"Beras kontribusinya cukup besar terhadap inflasi bahan makanan," katanya.
Kementan sejak 2015 telah melakukan refocusing anggaran hingga saat ini. Untuk Tahun Anggaran 2018, Kementan mengalokasikan 85 persen dari total anggaran sebesar Rp 22,65 triliun.
Anggaran ini untuk memenuhi kebutuhan petani dalam hal peningkatan produksi seperti belanja sarana dan prasarana pertanian ataupun pembangunan infrastruktur pertanian di daerah. Angka ini meningkat dibanding 2014 yang hanya 35 persen dari total anggara saat itu. Bahkan tahun inu Rp 55 triliun dialokasikan untuk bibit dan benih bagi petani.