Selasa 30 Oct 2018 16:48 WIB

Moody's: Perbankan Syariah ASEAN Perlu Dukungan Regulator

Peran pemerintah akan mendorong perluasan dan pengembangan perbankan syariah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Elba Damhuri
Perbankan syariah (Ilustrasi)
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Perbankan syariah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID SINGAPURA -- Ekonomi Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memiliki fondasi yang matang untuk sektor perbankan Islam untuk tumbuh. Namun, komitmen pemerintah diperlukan untuk benar-benar mendorong pertumbuHan perbankan syariah.

Wakil Presiden dan Analis Senior Moody's, Simon Chen, mengatakan di ASEAN populasi tumbuh dengan cepat dan lingkungan ekonomi kuat. Dengan fundamental yang solid, bank juga mampu mengejar perluasan layanan yang sesuai dengan syariah.

Baca Juga

"Kondisi ini membutuhkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan sektor perbankan Islam," kata Chen dilansir di Business Times, Selasa (30/10).

Dalam laporan Moody's berjudul "Perbankan Syariah ASEAN: Dorongan Regulasi Mendorong Pertumbuhan Sektor, Membangun Landasan yang Sehat" disebutkan bahwa dalam blok tersebut tingkat penetrasi keuangan Islam saat ini rendah. Alasannya, sebagian pemerintah belum secara aktif mengembangkan sektor syariah.

Menurut Chen, hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesadaran publik akan layanan perbankan Islam. Juga, kurangnya insentif bagi bank untuk mencurahkan sumber daya untuk mengembangkannya.

Chen mencatat bahwa pihak berwenang terutama di Malaysia dan Indonesia mencoba mengejar perluasan layanan perbankan Islam. Ini mendorong pertumbuhan di wilayah dengan populasi Muslim yang signifikan.

Malaysia bertujuan untuk meningkatkan pangsa aset perbankan Islam dalam total aset perbankan menjadi 40 persen pada 2020, dibandingkan dengan 32 persen pada akhir Agustus 2018. Sementara Indonesia berusaha meningkatkan porsinya hingga 15 persen pada 2023, dari 6 persen pada akhir Juli 2018.

Di negara-negara ASEAN yang mayoritas Muslim, keuntungan populasi yang kuat, terutama di kelompok usia utama, akan menghasilkan perluasan basis pelanggan inti. Lainnya, itu akan memacu konsumsi domestik dan permintaan swasta untuk kredit dan layanan perbankan.

Lingkungan ekonomi yang kuat dan solvabilitas serta posisi likuiditas kuat bank akan membantu kelompok perbankan konvensional. Hal-hal kitu akan terus memimpin pertumbuhan perbankan Islam di kawasan, seperti yang terjadi di Malaysia dan Indonesia.

"Kualitas aset bank juga umumnya sehat dan terutama, rasio kredit macet (NPL) untuk bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional di Malaysia. Ini menunjukkan pembiayaan Islam belum menjadi hambatan pada kualitas aset kelompok perbankan," laporan Moody's mengatakan.

Moody's menyoroti bank-bank Islam di Malaysia memiliki basis modal yang secara signifikan lebih kecil dari bank konvensional. Meskipun, penghitungan untuk bagian yang signifikan dalam total aset perbankan.

Kesenjangan modal antara bank-bank Islam dan pemberi pinjaman konvensional juga jauh lebih luas di pasar perbankan Islam yang lebih kecil di ASEAN, seperti Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement