EKBIS.CO, JAKARTA -- Kalangan petani membaca keputusan pemerintah mengimpor 100 ribu ton jagung pakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Direktur Eksekutif Petani Centre Entang Sastraatmadja mengatakan, impor lebih banyak digaungkan di kalangan elit.
"Orang yang punya kepentingan sesaat. Dijadikan menggoreng isu impor ini menjadi sesuatu yang sangat penting,” kata Entang dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Entang mengatakan, sebagian petani di Pulau Jawa adalah petani gurem dan buruh tani. Hanya sebagian kecil yang memiliki lahan di atas dua hektare. Petani tersebut tidak memperhatikan impor dan ekspor. Meski demikian, produksi pertanian yang saat ini surplus merupakan potensi.
"Punya kekuatan kok tiba-tiba harus melalukan impor. Tinggal sekarang bagaimana kita menggenjot supaya produksi kita terus meningkat sekalipun kita berhadapan dengan kondisi-kondisi alam yang memang sulit untuk kita lawan,” ujarnya/
Diskusi seputar impor komoditas pertanian kembali mengemuka, menyusul keputusan impor 100ribu ton jagung pakan oleh Pemerintah melalui rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Ekonomi Darmin Nasution, Jumat (2/11). Keputusan ini diambil mencermati perkembangan harga jagung pakan, yang memberatkan peternak ayam mandiri.
Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin khawatir keputusan pemerintah ini akan menurunkan semangat petani. Sebagian besar petani jagung di sentra produksi memasuki masa tanam. Sementara sejumlah lokasi di Jawa Timur, seperti Jember, Tuban, Kediri, Jombang, dan Mojokerto sekitar dua pekan mendatang justru akan melakukan panen.
“Kalau ada yang menyebut impor perlu dilakukan karena stok menipis, kami bisa mentahkan itu. Saat ini pabrik pengering kami di Lamongan saja, masih ada stok 6.000 ton. Di Dompu juga masih stok banyak karena di sana masih ada panen,” terang Sholahuddin.
Ia memperkirakan impor jagung baru akan terealisasi di bulan Januari. Momen itu bertabrakan dengan musim panen raya. Jika impor dilakukan saat masuk saat panen, petani sudah bisa membayangkan harga jagung mereka akan anjlok.
Dengan kondisi tanam dan panen yang bervariasi, Sholahuddin optimistis produksi jagung hingga akhir tahun bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Apalagi panen di tahun ini mencakup lahan yang luas.
"Pertanaman jagung Bulan September mencapai 5,86 juta hektar tersebar di wilayah Indonesia, dan sampai Bulan Oktober produksi jagung diperkirakan mencapai 25,97 juta ton. Insya Allah dengan semangat petani untuk menanam, target 30,05 juta ton jagung di 2018 bisa tercapai. Semangat petani itu yang perlu kita jaga,” pungkasnya.
Terlebih sejak 2017, produksi jagung dalam negeri sudah mencukupi kebutuhan pakan ternak. “Seharusnya tahun politik menjadi kesempatan pemerintah untuk semakin menunjukkan keberpihakannya kepada petani,” tutup Sholahudin.