EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebanyak 3,5 juta ekor pedet baru diperkirakan lahir hingga akhir tahun ini. Sementara hingga saat ini sudah lahir 2,3 juta ekor pedet dari program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Sehingga jumlah pedet yang lahir hampir mencapai 6 juta ekor.
"Sebuah bukti bahwa lompatan populasi sapi memang benar terjadi dibanding empat tahun periode sebelumnya," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, Senin (12/11).
Ia menjelaskan, esensi Upsus Siwab adalah mengubah pola pikir petani ternak yang cara beternaknya selama ini masih bersifat sambilan, menuju ke arah profit dan menguntungkan bagi dirinya.
Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga anak sapi lepas sapih rata-rata sebesar Rp 8 juta per ekor, sedangkan hasil Upsus Siwab 2017-2018 sebanyak 2,38 juta ekor, maka akan diperoleh nilai ekonomis sebesar Rp 19,08 triliun.
Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Uspsus Siwab 2017-2018 hanya sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 17,67 triliun.
"Tapi uang itu kan ada di petani, jadi paling tidak uang petani naik (perputaran nilai tambah; red)," ujar dia.
Dampak Upsus Siwab juga mampu menurunkan pemotongan betina produktif melalui kerja sama dengan Polri. Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara nasional pada periode Januari sampai Agustus 2018 sebanyak 8.482 ekor.
Jumlah pemotongan tersebut menurun 51,38 persen jika dibandingkan dengan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif pada periode yang sama pada 2017. Dengan Upsus Siwab, ia melanjutkan, bukan hanya harga yang bisa ditekan tapi juga impor. "Saya berharap begitu," katanya. Tren kelahiran pedet yang terus naik diyakini bisa menurunkan impor hingga minimal 20 persen.
Untuk diketahui, populasi sapi dari 2014 sampai 2017 mengalami kenaikan sebesar 12,6 persen. Populasi kerbau dari tahun 2014 sampai tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 4,5 persen. Begitu juga dengan populasi komoditas ternak lainnya, seperti babi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras pedaging dan petelur, serta itik dari 2014 hingga 2017 mengalami kenaikan.
Terkait pengembangan komoditas sapi/kerbau, telah terjadi loncatan populasi yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan populasi sapi-kerbau dari periode 2014-2017 mengalami loncatan kenaikan pertumbuhan menjadi sebesar 3,83 persen per tahun, dibanding pertumbuhan populasi pada periode 2012-2014 dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya yang menurun sebesar (1,03 persen).