Selasa 13 Nov 2018 20:12 WIB

Startup Bidang Pendidikan Diyakini Bisa Menjadi Unicorn

Rudiantara beralasan APBN teknologi pendidikan memiliki alokasi lebih dari

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan bidang teknologi pendidikan (edutech) berpotensi menjadi "unicorn" (tingkatan tertinggi dari perusahaan startup) di Indonesia.

"Saya bukan investornya, jadi kalau mana yang akan menjadi saya tidak tahu, tapi edutech serta teknologi kesehatan akan berpeluang besar," kata Rudiantara di Jakarta, dalam diskusi perkembangan Start Up Asia, Selasa (13/11). Alasan Menkominfo cukup berdasar sebab dilihat dari APBN teknologi pendidikan dan kesehatan masing-masing menurutnya memiliki alokasi lebih dari lima persen.

Fokus presentasi tersebut yang menjadikan peluang menjadi pengelolaan bisnis lebih banyak. Secara garis besar, ada tiga jenis startup yang kemungkinan bisa menjadi unicorn di Indonesia, yakni edu tech, health tech dan fintech.

Sebelumnya, Indonesia saat ini memiliki empat startup yang tergolong unicorn, atau yang memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar, yaitu GO-JEK, Bukalapak, Traveloka dan Tokopedia. Selain keempat itu, Rudiantara menyebut hadirnya anggota lain.

"Selalu orang bertanya ke saya, unicorn berikutnya siapa sih kira-kira? Saya selalu katakan, clue-nya, satu adalah pendidikan. Mengapa pendidikan? Karena APBN kita itu berdasarkan undang-undang dasar 20 persen itu harus digelontorkan untuk pendidikan," ungkap Rudiantara.

Rudiantara menambahkan tahun ini saja sudah Rp 400 triliun lebih digelontorkan untuk pendidikan. Ia pun meyakini tahun depan pasti masih lebih lagi. "Itu kan kalau dapat satu atau dua persen saja sudah 10 triliun kalau dua persen. Jadi akan besar,". 

Untuk jenis yang kedua, Rudiantara menyebut health tech juga memiliki peluang yang besar. Sebab, angka yang akan dihasilkan tidaklah kecil. 

"Karena berdasarkan undang-undang dasar kita, 5 persen kita harus dialokasikan ke kesehatan. Lagi-lagi, 5 persen itu sekitar Rp 100 triliun lebih dibelanjakan. Kalau satu persennya saja sudah angka yang luar biasa besar," paparnya.

"Dan jangan lupa Fintech. Fintech itu transaksinya lagi tinggi. Investor senang dengan perusahaan yang traksinya tinggi. Artinya tiba-tiba market-nya naik," kata Rudiantara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement