EKBIS.CO, JAKARTA -- Tranformasi digital menjadi alasan perbankan untuk meningkatkan investasi di bidang teknologi informasi. Pemerintah pun meyakini perubahan zaman adalah keniscayaan, sehingga perlu secepatnya direspons oleh industri perbankan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA sangat serius merespons kebutuhan milenial melalui transformasi teknologi. Menurutnya, BCA mengeluarkan investasi Rp 5,2 triliun untuk 2019 khusus untuk Informasi Teknologi dan Digital.
"Kita sementara kerja sama lokal dengan Gopay. Jadi, dari Rp 5,2 triliun, sebesar Rp 1,8 triliun untuk menjalankan program yang sudah ada, sebesar Rp 1,7 triliun untuk pengembangan," kata dia di sela Indonesia Bank Expo (IBEX) 2018 di Fairmont Hotel, Jakarta, Kamis (15/11).
Dana untuk perawatan akan bertambah seiring dengan perkembangan yang ada. Selain itu, BCA juga menyiapkan untuk investasi baru, seperti teknologi Quick Response (QR) Code. Menurutnya, BCA masih memperlajari sistem tersebut mulai dari aspek legal, risiko, hingga keamanannya.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasional PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Indra Utoyo mengatakan, BRI juga cukup agresif untuk mengembangkan transformasi digital sebesar tujuh persen dari total pengeluaran. Menurutnya, BRI akan fokus pada beberapa aspek.
"Fokus digital BRI ke depannya adalah optimasi sistem yang sudah ada, jadi lebih simpel, operasi kita jauh lebih optimize, segala yang manual akan hilang, modelnya digital bank," kata dia.
BRI meningkatkan anggaran untuk teknologi informasi sebesar 10 persen dari tahun ini untuk 2019 sekitar Rp 3,5 triliun. BRI juga menyambut upaya kolaborasi dengan sejumlah pihak sebagai sarana transformasi, seperti dengan fintech dan start up.
Saat ini, BRI telah bekerja sama dengan Investree. Indra mengatakan, perusahaan akan membuka kesempatan-kesempatan baru, dengan bank sebagai platform atau wholeseller lender dan fintech atau start up yang menjalankan fungsi operasional.
Namun, secara umum, investasi teknologi BRI mayoritas untuk modernisasi infratstruktur, core banking, digital bank, hingga big data dan cloud. Dalam waktu dekat, tambah Indra, BRI juga akan ada kerjasama dalam bidang big data.
"Jadi membuat scoring jauh lebih efisien, data diperkaya untuk sistem teknologi lanjutan, seperti artificial intelegence (AI)," katanya.
AI akan digunakan untuk pre-detection, jadi fenomena transaksi anolami langsung diblok dan bisa diantisipasi sebelumnya. Terutama, kasus berat untuk scoring. Semakin kaya data yang diperoleh maka akan mudah melakukan penilaian. Selain itu, untuk teknologi robotik dan chat bot akan digunakan untuk pekerjaan yang repetitif.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan Mandiri menyiapkan sekitar 200 juta dolar AS atau sekitar Rp 3 triliun untuk investasi teknologi informasi tahun 2019. Dana tersebut meningkat sekitar 30 persen dibandingkan anggaran tahun ini sebesar 150 juta dolar AS.
"Pertama, akan digunakan salah satunya untuk pengembangan server, jadi ada perluasan dari sisi kapasitas, capability server, kedua untuk aplikasi-aplikasi baru digital bank," katanya.
Pendanaan tersebut datang dari internal perusahaan. Ia menambahkan, server yang akan diperkuat berada di dalam negeri. Mandiri juga sedang menjajaki pembangunan cloud. Jika bisa membangun private cloud yang aman maka sistem akan pindah ke sana.