EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko berharap, impor jagung yang sudah dijanjikan oleh pemerintah dapat segera terealisasi. Sebab, sampai saat ini, harga jagung di pasaran sudah terlampau tinggi yang diakibatkan stoknya mulai berkurang hingga langka.
Singgih menjelaskan, saat ini, peternak membeli jagung di rentang Rp 6.100 hingga Rp 6.200 per kilogram (kg). Biasanya, mereka membeli dengan harga Rp 4.000 per kg. "Berarti sudah naik 50 persen, ini sudah termasuk tinggi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (28/11).
Kenaikan harga jagung yang sudah dirasakan beberapa bulan terakhir ini, tentu berdampak terhadap peningkatan biaya produksi. Sebab, pakan mengambil bagian antara 65 hingga 70 persen dari keseluruhan biaya produksi daging ayam.
Untuk harga jagung rata-rata Rp 6.000 per kg, Singgih mengatakan, biaya produksi menjadi Rp 19.500 dari yang sebelumnya biasa di bawah Rp 18 ribu. Dengan biaya produksi tersebut, kini peternak menjual telur dan ayam ke pasar dengan harga Rp 20 ribu per kg.
Apabila harga jagung dibiarkan di kisaran Rp 6.000 per kilogram atau bahkan lebih, Singgih menuturkan, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat. "Karena, kalau harga telur dan ayam tidak, peternak akan merugi. Supaya tidak merugi, kami harus menaikkan supaya ada margin yang lumayan," tuturnya.
Singgih berharap, impor jagung dapat segera terealisasi agar harga bisa kembali normal sesuai dengan Peraturan Kementerian Perdagangan (Permendag), yakni Rp 4.000 per kilogram. Setidaknya, jagung tersebut sudah bisa masuk pada pertengahan Desember. Sebab, pada Januari 2019, sudah memasuki panen raya.
Jagung yang diimpor tersebut ditujukan untuk peternak ayam mandiri, khususnya peternak ayam layer. Sebab, Singgih menuturkan, ayam broiler mendapatkan pakan ternak dengan membeli dari industri pakan ternak. Sementara itu, sebagian besar peternak ayam layer membuat pakan ternaknya sendiri.
Selain harga jagung yang mahal, Singgih mengakui, peternak mengalami kesulitan mendapatkan jagung di pasar. Kondisi ini membuat kualitas pakan ternak menurun yang berdampak pada kesehatan ternak, sehingga mudah terkena penyakit.
Sementara itu, untuk jagung pinjaman yang didapatkan Bulog dari perusahaan besar, masih mengalami kendala distribusi ke peternak. Menurut Singgih, berdasarkan laporan teman-teman di lapangan, terjadi kesendatan distribusi. "Saya juga nggak tahu kenapa," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah memutuskan untuk membuka keran impor jagung sebesar maksimal 100 ribu ton tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, impor jagung diperlukan untuk membantu peternakan kecil dan menengah.
Dia menyebut, saat ini terjadi kenaikan harga jagung yang merupakan bahan pakan ternak. Usulan impor tersebut, kata Darmin, berasal dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, jagung impor untuk pakan akan dijual Rp 4.000 per kilogram dari gudang Bulog ke peternak mandiri. Harga tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 58 Tahun 2018 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen yang menyebutkan harga jagung di konsumen adalah Rp 4.000 per kilogram.
Total 100 ribu ton jagung akan dikirim secara bertahap ke Indonesia. Pada tahap awal, sebanyak 70 ribu ton yang ditargetkan masuk pada 20 Desember. Jagung diperkirakan datang dari Argentina dan Brazil, sesuai yang tertera dalam surat resmi bagi eksportir jagung. Surat itu ditandatangani Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar pada Rabu (7/11).