Jumat 30 Nov 2018 17:01 WIB

Pinjam Jagung Biasa Dilakukan Negara Penghasil Ternak

Tolong juga dipikirkan peternak yang kecil-kecil ini.

Red: Budi Raharjo
Ilustrasi peternakan ayam petelur
Ilustrasi peternakan ayam petelur

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah mencari pinjaman jagung pakan untuk membantu peternak ayam layer (petelur) mandiri dinilai tidak akan menganggu iklim investasi seperti yang dikhawatirkan sebagian kalangan. Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia Ali Agus justru menilai kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) ini sebagai sesuatu yang wajar.

Ali berpendapat pinjaman jagung pakan diperlukan sebagai langkah manajemen operasi dan stok dari sebuah industri. "Misalnya begini, ayam belum makan, makannya jagung. Jagungnya kalau ada digunakan kalau tidak ya pinjam dari tetangga. Itu kan namanya manajemen stok. Saya kira iklim investasi akan tetap sehat karena langkah ini jangka pendek. Kalau perlu kita apresiasi," ujar Ali, Jumat (30/11).

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) ini mengatakan, banyak faktor yang membuat Kementan mengambil kebijakan pinjam jagung dari kalangan swasta. Salah satunya adalah faktor cuaca yang berakibat pada hasil panen raya. Peminjaman jagung menjadi pilihan terutama untuk membantu peternak mandiri.

"Jadi kalau menurut saya, ini adalah solusi yang pahit. Bahkan bagi industri pakan juga pahit, karena biasanya jagung murah, sekarang sulit. Tapi tolong juga dipikirkan peternak yang kecil-kecil ini," katanya.

Kebijakan pinjam, kata dosen yang meraih gelar Doktor di ENSA Rennes, Prancis pada 1996 ini, merupakan hal biasa yang dilakukan di negara penghasil ternak seperti Cina dan Vietnam. Di sana, ketika panen raya berlangsung dan hasilnya melimpah ruah, maka keputusan yang diambil adalah ekspor.

"Sebaliknya kalau hasil panen rayanya kurang mereka beli alias impor, atau pinjam. Kan sebenarnya ini hukum perdagangan internasional yang logis. Jadi saya kira tidak perlu alergi sama pinjam atau impor", katanya menjelaskan.

Agus mengatakan, banyak pihak tidak sadar jika menyimpan stok dengan skala besar juga membutuhkan biaya yang cukup besar. "Nyimpen jagung dengan skala besar itu membutuhkan biaya loh. Kemudian belum tentu juga kualitasnya tetap. Bisa saja rusak atau malah tidak bagus sama sekali," katanya.

Peternak rasakan manfaatnya

Peternak ayam mandiri dari Kelompok Sarana Satwa yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional, Andi, merasakan manfaat dari bantuan jagung pinjaman yang diupayakan pemerintah. Sejak didistribusikan dua pekan lalu, ia langsung memanfaatkannya dan berhenti membeli jagung pakan di pasar.

"Stok jagung pakan aman. Dua pekan lalu bantuan dari Kementan ada 96 ton. Sekarang mulai sedikit karena kita pakai. Sudah ajukan agar dikirim lagi 100 ton, untuk dipakai selama 2 minggu ke depan," ujarnya.

Peternak ayam layer UMKM PPN di Sukabumi, Roby Cahya, juga sempat kesulitan dalam mendapat jagung di pasar. Jagung bantuan dari pemerintah, segera menjadi solusi di saat-saat sulit yang dihadapi peternak.

Saat ini harga jagung pakan di Sukabumi mencapai Rp 5.800 per kilogram. "Jadi tidak benar itu yang mengatakan bahwa harga jagung sudah mencapai Rp 6.000. Itu bohong," katanya.

Roby berharap, pemerintah segera mengirim kembali bantuan jagung berikutnya, agar peternak tidak membeli dengan harga tinggi. Dengan begitu, ia mengharapkan juga harga jagung akan terkoreksi karena permintaan turun.

Dua pekan lalu, pemerintah melalui Kementan mengambil langkah meminjam pakan jagung dari swasta. Kebijakan itu diambil untuk menanggulangi keluhan para peternak atas kebutuhan bahan pakan ternak terutama jagung. Di beberapa wilayah terutama Pulau Jawa, Kementan mengawal langsung pendistribusian jagung kepada para peternak.

Pengalokasian distribusi jagung yang diberikan untuk Provinsi Jawa Barat total berjumlah 500 ton. Dari total tersebut akan disalurkan secara bertahap. Tahap awal masing-masing sekitar 100 ton untuk Kabupaten Cianjur Dan Kabupaten Sukabumi.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, gerak cepat ini dilakukan agar peternakan kecil tidak mati dan mengganggu stabilitas produk unggas. Sehingga para peternak merasakan kehadiran pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement