EKBIS.CO, JAKARTA -- Kota-kota di pasar negara berkembang memiliki potensi untuk menarik lebih dari 29,4 triliun dolar AS investasi terkait iklim di enam sektor utama sampai dengan tahun 2030. Hal ini didapatkan dari laporan terbaru International Finance Corporation (IFC), bagian organisasi Bank Dunia.
Laporan ini menganalisis target perbaikan iklim kota dan rencana kegiatan di enam kawasan, mengidentifikasi peluang di sektor-sektor prioritas seperti bangunan ramah lingkungan, atau bangunan hijau, transportasi umum, kendaraan listrik, limbah, air, dan energi terbarukan. Kawasan tersebut adalah Jakarta, Nairobi, Mexico City, Amman, Rajkot dan Belgrade.
Laporan ini menyoroti pendekatan inovatif yang telah digunakan oleh kota-kota seperti obligasi ramah lingkungan dan KPS (Kemitraan Pemerintah Swasta) untuk menarik investor swasta dan membangun perkotaan yang berkesinambungan.
CEO IFC Philippe Le Houérou mengatakan, perkotaan adalah langkah berikutnya untuk investasi iklim, dengan adanya triliunan dolar peluang yang belum dimanfaatkan. "Untuk mewujudkan janji kota-kota peduli iklim, sektor publik perlu melakukan reformasi yang bertujuan untuk menarik lebih banyak peran serta dari sektor swasta," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/11).
Tiap daerah memiliki peluang investasi berbeda. Jakarta mewakili hampir 30 miliar dolar AS peluang investasi, terutama di gedung-gedung hijau (ramah lingkungan), kendaraan listrik, dan energi terbarukan. Sementara Nairobi mewakili peluang investasi senilai 8,5 miliar dolar AS terutama untuk kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan.
Kota Meksiko mewakili peluang investasi paling besar, yakni 37,5 miliar dolar AS. Khususnya, di gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan air perkotaan. Amman mewakili peluang investasi senilai 12 miliar dolar AS, khususnya di transportasi umum, bangunan ramah lingkungan, dan kendaraan listrik.
Rajkot, kota dengan pertumbuhan paling cepat ke-22 di dunia mewakili peluang investasi senilai 4 miliar dolar AS, terutama dalam kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan. Belgrade, ibu kota Serbia, mewakili peluang investasi senilai 5,5 miliar dolar AS. Khususnya di gedung-gedung ramah lingkungan, transportasi umum, dan air di perkotaan.
Secara global, bangunan ramah lingkungan akan berpeluang investasi perbaikan iklim di perkotaan senilai 24,7 triliun dolar AS. Potensi investasi yang signifikan dapat dihasilkan dari transportasi rendah karbon seperti transportasi umum hemat energi (1 triliun dolar AS) dan kendaraan listrik (1,6 triliun dolar AS).
Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik, Vivek Pathak menjelaskan, dengan perkiraan pesatnya peningkatan urbanisasi di Asia, akan ada ada lebih banyak kesempatan untuk transisi ke kegiatan rendah karbon yang menyumbang bagian besar dari PDB di wilayah tersebut.
D Jakarta, ada peluang investasi senilai lebih dari 30 miliar dolar AS, terutama dalam gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan energi terbarukan. "Laporan itu menunjukkan kota-kota besar di Asia juga memiliki potensi yang cukup besar untuk investasi yang mengurangi emisi karbon," kata Vivek.
Sementara itu, Deputi Gubernur Jakarta untuk Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Oswar Mungkasa mengatakan, salah satu ambisi pemerintah adalah menjadikan kota Jakarta lebih bersih. Pihaknya dapat mengatasi ini dengan berbagai cara.
Salah satu caranya adalah melalui bangunan ramah lingkungan. Peraturan wajib untuk kode bangunan ramah lingkungan disahkan beberapa tahun yang lalu, yang akan membantu mengurangi konsumsi energi dan air secara substansial. "Karena peraturan ini, penghematan biaya energi berpotensi mencapai 90 juta dolar AS per tahun," ucap Oswar.