EKBIS.CO, PADANG -- Lonjakan harga cabai merah yang dipasarkan di ritel modern di Kota Padang ikut memicu inflasi di kota tersebut. Padahal di kota tetangganya, Bukittinggi, cabai merah tidak masuk dalam daftar 10 komoditas penyumbang inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat, tingkat inflasi di Kota Padang pada November sebesar 0,19 persen dan Kota Bukittinggi mengalami inflasi 0,83 persen.
"Sebetulnya ini karena ritel modern hanya ada di Kota Padang. Dan kenaikan harga cabai merah hanya di ritel modern. Bila dihitung dari pasar tradisional saja, sebetulnya cabai merah justru deflasi di kedua kota," ujar Kepala BPS Sumbar Sukardi, Senin (3/12).
Di Kota Padang, cabai merah berada di urutan keempat sebagai komoditas pendorong inflasi dengan capaian inflasi 1,29 persen. Cabai merah berada di bawah beras, bawang merah, dan tarif pulsa ponsel yang bertengger di 3 besar penyumbang inflasi tertinggi di Padang. Sementara di Bukittinggi, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah tarif sewa rumah, beras, dan bawang merah.
BPS juga merilis, laju inflasi tahun kalender hingga November 2018 di Kota Padang dan Bukittinggi masing-masing sebesar 2,38 persen dan 2,57 persen. Sementara laju inflasi tahun ke tahun (yoy) Kota Padang sebesar 3,12 persen dan Kota Bukittinggi sebesar 2,95 persen.
"Sumatra Barat ini di tahun 2018 ini dari bulan ke bulan cukup stabil dibandingkan 2016. Asumsi APBN kita (inflasi) 3,5 persen. Artinya Sumbar masih stabil di bawah itu. Desember ini mudah-mudahan inflasi tidak tinggi," kata Sukardi.
Sebagai tambahan informasi, ada beberapa komuditas yang dominan mengalami penurunan harga sehingga menyumbang deflasi di Padang dan Bukittinggi. Untuk Padang, komoditas penyumbang deflasi adalah tarif angkutan udara, jengkol, kelapa, minyak goreng, dan daging ayam ras. Sedangkan di Bukittinggi, komoditas penyumbang deflasi adalah cabai merah, belut, dencis, telur ayam ras, dan minyak goreng.