EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mengembangkan padi, jagung, kedelai (pajale) di lahan sawit yang berada di Kebun Sarolangun, Jambi. Kerjasama dalam rangka sinergi Pusat Unggulan Iptek (PUI) ini melibatkan tiga unit pelaksana teknis (UPT) Balitbangtan yakni BB Biogen, BB Padi dan Balitsereal yang sempat melakukan kunjungan lapangan, Selasa (4/12).
Menurut Kepala Seksi Kerjasama BB Biogen, Tardi Toyib, kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan kelapa sawit yang belum menghasilkan dengan sistem intercropping atau tumpang sari.
“Setelah masa tanam, kelapa sawit membutuhkan waktu empat tahun untuk berproduksi. Nah empat tahun itulah yang dimanfaatkan untuk menanam varietas unggul berupa padi Inpago enam dari BB Padi, jagung Nasa dari Balitsereal, dan kedelai Biosoy dua dari BB Biogen,” ujar Tardi.
Luas lahan milik PPKS di kebun Sarolangun mencapai 198 hektare, tiga hektare diantara masing-masing telah ditanam pajale dengan sistem tumpang sari. Jika sistem tumpang sari ini berhasil maka penanaman akan diperluas.
“Tiga komoditas yang ditanam saat ini umurnya hampir dua bulan. Dari pantauan kami, ketiganya menunjukkan performa cukup baik, termasuk kedelai Biosoy,” ujar Tardi.
Menurut peneliti dari PPKS, Eka Listia, kondisi tanah di kawasan ini kurang subur akibat kandungan hara yang sangat rendah, berwarna kemerahan atau lebih terang, dan strukturnya lebih padat. Namun Eka menyebutkan bahwa pertumbuhan kedelai biosoy masih lebih baik jika dibandingkan varietas lain yang pernah ditanam.
“Sebenarnya ini dapat menjadi contoh untuk petani kelapa sawit. Bila percobaan ini berhasil, saya yakin minat mereka pasti besar untuk mengembangkan kedelai Biosoy,” kata Eka.
Pemulia kedelai Biosoy dua dari BB Biogen, Asadi menjelaskan, lahan kelapa sawit yang ditanami kedelai Biosoy merupakan lahan hutan yang baru saja dibuka. Untuk itu kesuburan tanah tergolong rendah dan sangat beragam karena bekas bongkaran pohon serta pengolahan tanah dengan alat berat yang mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil) menjadi hilang atau tercampur secara tidak merata dengan lapisan subsoil.
“Kita bisa memperbaiki kesuburannya dengan cara menambah kapur dan pupuk kandang yang lebih tinggi dosisnya serta memperhatikan cara aplikasinya. Selain itu perlu juga konservasi tanah yakni dengan membuat teras, saluran drainase, mengolah tanah dan menanam sesuai kontur. Dengan demikian ada harapan pada musim tanam berikutnya pertumbuhan dan produksi Biosoy akan menjadi lebih baik,” tambahnya.
Kedelai Biosoy dua merupakan varietas unggul yang baru dilepas pada awal tahun 2018. Varietas ini memiliki kelebihan berupa bijinya saat ini paling besar (sekitar 22 g/100 butir), produktivitas tinggi, dan batang yang lebih besar dan kokoh sehingga ada kecenderungan varietas ini tahan rebah dan toleran terhadap naungan. (M Hasni Zulfikar)