EKBIS.CO, Oleh Muhammad Hafil/Wartawan Republika.co.id
“Saya mah suka malu ngetok pintu warung tetangga jam tiga pagi buat beli tabung gas,” kata Eti Priharti (32 tahun), seorang warga RT 01/RW 07, Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor kepada Republika.co.id awal Desember lalu.
Tiga tahun lalu, Eti yang merupakan ibu rumah tangga ini masih menggunakan tabung gas elpiji untuk memasak. Namun, hal tersebut menyulitkan jika pada dini hari gasnya habis. Karena, mulai pukul 02.00 WIB pagi, Eti harus memasak sedikitnya 200 bakso goreng. Dia memang bekerja sambilan memasok bakso goreng untuk dijual di pabrik suaminya. Konsumennya adalah rekan-rekan kerja suaminya sendiri.
Maka dari itu, tak ada upaya yang bisa dia lakukan jika gasnya habis selain menunggu hingga pagi hari. Di mana, dia akan mencari gas tabung di warung-warung. “Tapi, tabung gas juga di sini sulit dicarinya. Makanya, kalau sudah kesiangan dan terlambat, lebih baik tidak sama sekali memasak bakso goreng jadinya tidak jualan,” kata Eti.
Namun, keadaan berubah sejak dua tahun terakhir. Di mana, dia menggunakan gas PGN untuk kebutuhan rumah tangga dan jualan bakso gorengnya. “Alhamdulillah, sejak pakai gas PGN, saya gak perlu khawatir kehabisan gas untuk memasak,” kata Eti.
Selain tidak pernah kehabisan gas, memakai gas PGN juga bisa memangkas biaya produksinya. Sebagai contoh, saat memakai tabung gas, Eti bisa menghabiskan empat sampai lima tabung gas dalam sebulan. Jadi, rata-rata dia menghabiskan Rp 100 ribu lebih untuk membeli tabung gas.
Tetapi, sejak menggunakan gas PGN, Eti hanya cukup membayar Rp 40 ribu per bulannya. “Ya, jauh lebih murah. Jadi ada kelebihan untungnya,” kata Eti.
Menurut Eti, dia memakai gas PGN setelah ditawari oleh petugas PGN. Disebutkan, banyak manfaat yang akan didapat jika menggunakan gas PGN.
Selain soal efisiensi bahan bakar memasak, Eti juga mengatakan memakai gas PGN jauh lebih aman. Dia tidak perlu merasa khawatir ada kebocoran gas seperti yang suka dialami saat memakai tabung gas.
Rahmat, Ketua RT 01/RW 07 mengatakan, saat ini separuh dari warganya sudah memakai gas PGN. Ini setelah dua tahun lalu, Pemda Kabupaten Bogor dan PGN menawarkan warga untuk beralih menggunakan gas PGN.
“Semua yang sudah memakai gas PGN senang semua karena manfaatnya sangat besar dibanding tabung gas,” kata Rahmat.
Menurut Rahmat, warga yang belum menggunakan gas PGN sangat berharap agar rumahnya dipasangi saluran gas PGN. “Ya, mungkin karena bertahap, dulu baru sebagian saja yang dipasang,” kata Rahmat.
PGN sendiri, sangat memerhatikan perawatan instalasi maupun saluran pipanya. Menurut Awang Purwono, staf Operational and Maintenance PGN Bogor, mengatakan, seluruh aset PGN dijaga perawatannya. Ada dua sistem perawatan yang dikerjakan. Yaitu, perawatan rutin dan perawatan berdasarkan laporan warga jika mengalami gangguan teknis.
“Jika warga menelepon ke call center kami, maka kami akan langsung bergegas untuk memperbaikinya,” kata Awang.
Sejauh ini, gangguan teknis yang dialami warga tak lebih dari laporan gas mati. Bukan mengenai faktor keamanan dan keselamatan. “Kalau soal keamanan dan keselamatan, laporannya belum ada. Insya Allah gas PGN lebih aman,” kata Awang.
Ketua RT 01/RW 07 Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Rahmat (kiri) dan Eti Priharti (kanan) sedang menunjukkan pipa gas PGN yang terpasang di rumah warga.
Hemat bahan bakar
Manfaat lainnya yang dirasakan oleh warga pengguna gas PGN tak hanya berasal dari rumah tangga atau pedagang kecil. Tetapi, juga dirasakan oleh sopir angkot yang menggunakan bahan bakar gas (BBG).
Menurut Suryadi (60), sopir angkot di Bogor mengatakan, sudah satu tahun ini menggunakan BBG sebagai bahan bakarnya. Sebelumnya, dia menggunakan bahan bakar premium.
“Ya, lebih menguntungkan. Harga BBG jauh lebih murah. Hanya Rp 3.100 per LSP (Liter setara premium) kata Suryadi kepada Republika.co.id di SPBG PGN Bogor, di Kecamatan Bogor Tengah.
Menurutnya, saat ini dia dan teman-temannya sudah banyak yang beralih dari bahan bakar premium ke BBG. Menurutnya, efisiensi harga menjadi alasan utama dia dan rekan-rekannya yang beralih menggunakan BBG itu.
Agus Susilo, staf pengelola administrasi SPBG PGN di Bogor mengatakan, sopir angkot yang sudah beralih ke BBG, tak beralih lagi ke bahan bakar yang pernah digunakan sebelumnya. “Karena, para sopir angkot puas, ini berdasarkan pengakuan mereka,” kata Agus.
Menurutnya, saat ini, di SPBG PGN Bogor, rata-rata menjual 5.000 LSP per harinya. Sedangkan berdasarkan transaksi, ada 900-an transaksi per harinya.
Tidak hanya angkot yang menggunakan BBG, tetapi juga mobil pribadi. Biasanya, mobil pribadi yang menggunakan BBG sudah dipasangkan converter kit di kendaraannya.
Namun, untuk sopir angkot, pemasangan converter kit mendapat subsidi dari pemerintah daerah. “Karena ini sudah menjadi program pemerintah daerah,” kata Agus.
Energi Baik
Kepala Sales Area PGN Bogor, Ade Sutisna, mengatakan, tidak hanya rumah tangga dan transportasi yang sudah beralih ke gas PGN. Namun, sektor industri, rumah sakit, hingga instansi pemerintah dan militer di wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi sudah banyak yang menggunakan PGN.
Kenapa mereka beralih ke PGN, lanjut Ade, karena PGN menawarkan energi baik. Maksudnya adalah, karena gas PGN lebih bersih dibanding bahan bakar lainnya. Kemudian, ramah lingkungan dan lebih aman.
“Kenapa? Karena gas disalurkan melalui pipa. Ada meterannya dan bertekanan rendah. Tetapi, kalau pakai gas elpiji kita menaruh di ruangan dengan tekanan tinggi. Berbeda jika menggunakan pipa,” kata Ade kepada Republika.co.id.
Kemudian, dari sisi efiensei, gas PGN mengalir selama 24 jam setiap hari tanpa perlu khawatir akan kehabisan. Dari sisi keuntungan ekonomis, harga gas PGN juga lebih murah dibanding bahan bakar lainnya.
“Jadi, ini rumah tangga, transportasi, industri, instansi pemerintah dan militer, serta perusahaan, bisa memangkas ongkos pengeluarannya, kata Ade.
Untuk potensi pengembangan jaringan PGN di wilayah Bogor yang juga melayani kebutuhan pelanggarn PGN di wilayah Depok dan Sukabumi Ade menjelaskan potensinya sangat besar. Karena, di Bogor memiliki kawasan pariwisata yang terus tumbuh. Kemudian, perkembangan pemukiman, hotel, dan pusat perbelanjaan.
“Apalagi sekarang sudah ada Tol Bocimi. Pembangunan akan bisa berkembang lagi,” kata Ade.
Menurut Ade, setiap tahun pelanggan PGN di Bogor terus bertambah. Di wilayah kerja Bogor saja, pada 2018 ini mengalami peningkatan 5.120 pelanggan untuk rumah tangga.
Di wilayah pengembangan PGN Bogor sendiri, sudah melayani pelanggan di berbagai daerah. Yaitu, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, perbatasan Bogor-Bekasi (Gunung Putri, Wanaherang, dan Cileungsi). Selain itu, perbatasan Bogor-Jakarta yaitu di Cibinong, Cimanggis, dan Depok.
Untuk keseluruhannya, PGN Bogor sudah memiliki 22 ribu pelanggan. Rinciannya, total pelanggan mencapai 22.837 total meter terpasang yang terdiri dari industri dengan 212 meter terpasang, komersil 47 meter terpasang, pelanggan kecil 283 meter terpasang, dan rumah tangga 22.295 meter terpasang.
Untuk ke jangka panjang ke depannya, pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan 1 juta sambungan gas PGN. Untuk di wilayah Bogor sendiri, direncanakan akan menambah sebanyak 61 ribu pelanggan.
Baca juga: Karena Keamanan dan Keselamatan Begitu Berharga
Baca juga: Desa Binaan, Sumbangsih PGN untuk Membangun Negeri