EKBIS.CO, JAKARTA -- Volatilitas menjelang akhir tahun hingga semester satu 2019 masih belum akan berhenti. Ekonom UOB Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sudah memuncak dan seterusnya akan melambat.
Senior Vice President Head of Economic and Research Finance and Corporate Service UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja menyampaikan kemungkinan The Fed hanya akan meningkatkan suku bunga dua kali lagi. Diprediksi, The Fed akan melambat tahun depan.
"Untuk memprediksi perekonomian tahun depan, maka ada dua hal yang diperhatikan, yakni faktor siklikal dan struktural," kata dia dalam pers briefing UOB Indonesia, Selasa (19/12).
Faktor siklus itu termasuk eksternal yang datang dan pergi seperti perang dagang antara AS dan Cina. Sementara faktor struktural termasuk masalah di internal Indonesia termasuk defisit neraca berjalan (CAD) dan potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
Diperkirakan tekanan dari faktor eksternal akan mereda di semester satu. Ia menilai portofolio saat ini sudah cukup baik karena 2018 adalah tahun yang sangat volatil. Meski CAD defisit lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Ia optimistis tahun depan Indonesia masih akan tahan banting menghadapi tantangan global. Meski harus ada penguatan di sisi ekspor dan menarik dana asing melalui investasi.
"Ini waktunya kita bangun dan sadar untuk membuat reformasi struktural yang berkesinambungan," katanya.
Tahun depan, goncangan global kemungkinan akan tetap membawa pada pelemahan mata uang negara-negara berkembang. Terutama negara dengan portofolio defisit neraca berjalan. Tahun depan, Enrico memperkirakan pertumbuhan kredit akan naik sedikit dari 12 persen pada tahun ini.
Target CAD sekitat 2,5 persen dari GDP pun memungkinkan tercapai. Selain itu pertumbuhan ekonomi diproyeksikan naik sekitar 5,2-5,4 persen, inflasi sekitar 3,9 persen, suku bunga BI-7D RR kemungkinan 6,75 persen tergantung suku bunga The Fed, dan kurs Rp 14.500- Rp 14.700 per dolar AS.