EKBIS.CO, JAKARTA -- Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun ini diproyeksikan sekitar 16,2 juta orang atau sekitar 95 persen dari target yang ditetapkan sebesar 17 juta wisman. Meski target itu meleset, perolehan devisa pariwisata mencapai 17,6 miliar dolar AS yang melebihi target.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, perolehan devisa pariwisata 17,6 miliar dolar AS tersebut sama dengan perhitungan capaian 16,2 juta wisman dikalikan ASPA (Average Spending per Arrival) atau rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar 1.100 dolar AS per wisman.
Arief menjelaskan, perolehan devisa pariwisata tahun ini akan menempatkan posisinya sebagai penghasil devisa terbesar. "Mengalahkan atau sejajar dengan devisa Crude Palm Oil (CPO) sebesar 16 miliar dolar AS yang biasa berada di urutan teratas," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (21/12).
Melesetnya target wisman tak pelak dikarenakan bencana alam gempa bumi di Lombok pada Agustus. Terjadi cancellation besar-besaran lebih dari 75 persen. Selama Agustus hingga Desember 2018, turun sebesar 500.000 wisman atau mencapai rata-rata 100 ribu per bulan.
Sementara itu pergerakan wisatawan nusantara di Tanah Air selama tahun 2018, menurut Arief, tidak mengalami masalah karena terus tumbuh. Bahkan, untuk target tahun ini (270 juta wisnus) sudah tercapai pada tahun lalu sebanyak 270.882.003. Sedangkan, target 2019, sebesar 275 juta wisnus kemungkinan sudah tercapai pada akhir tahun ini.
Arief menjelaskan, pada kuartal I tahun 2018, nilai realisasi investasi pariwisata sudah mencapai 21,67 persen atau 433,5 juta dolar AS dari target tahun ini sebesar 2.000 juta dolar AS. "Investasi di sektor pariwisata baik PMA (Penanaman Modal Asing) maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) memiliki pola yang serupa seperti pada tahun 2017," ucapnya.
Untuk PMA, asal negara didominasi oleh Singapura, Cina, dan Korea Selatan sebagai Top 3. Jenis usahanya termasuk di bidang hotel berbintang, akomodasi jangka pendek lainnya, serta restoran, sedangkan tempat investasi terkonsentrasi di destinasi Bali, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau.
Menurut Arief, destinasi investasi itu sesuai dengan peran ketiga destinasi sebagai pintu masuk utama wisman atau greater. Sementara itu untuk PMDN, lebih banyak berinvestasi pada usaha hotel bintang, taman rekreasi tematik, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia. Sebaran tempat investasinya berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang sesuai dengan sumber dan tujuan wisata bagi wisnus di Tanah Air.