EKBIS.CO, BIMA – Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Saifurrahman membantah kabar benih jagung bantuan yang diberikan pemerintah kepada petani dijadikan pakan ternak. “Tidak ada satu pun petani binaan saya atau kelompok tani yang menerima benih jagung bantuan menjadikannya pakan ternak,” kata Saifurrahman saat dihubungi wartawan, Jumat (28/12).
Saifurrahman yang membina 37 kelompok tani (Koptan) di Desa Punti Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, menjelaskan soal bantuan benih jagung ini terkait belakangan ini muncul berita miring tentang benih jagung bantuan dijadikan sebagai pakan ternak. Berita itu disampaikan Syamsudin dari Dusun Rade, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, penerima bantuan.
Syamsudin mengklaim benih bantuan tersebut dijadikan petani sebagai pakan ternak. Sebab, bibit itu tidak cocok di lahan petani.
“Benih bantuan banyak yang disimpan di gudang. Kalau di rumah, saya pakai untuk pakan ternak,” ujar Syamsudin yang dihubungi wartawan di Bima, Rabu (26/12).
Senada dengan Syamsudin, Fajrin yang merupakan petani dari Dusun Doro Mbubu mengatakan, bantuan varietas bibit dari pemerintah tidak sesuai dengan pembahasan di UPTD. "Katanya stok untuk BISI-18 itu habis, makanya yang disalurkan BISI-2 di campur Premium-191," tutur Fajrin.
Fajrin, bersama petani lainnya mengaku sangat kecewa dan menyayangkan jika persoalannya adalah stok. Karena dari kualitas, ia mengatakan, BISI-18 lebih unggul dibandingkan BISI-2 dan Premium-191.
Saifurrahman kemudian menegaskan, Syamsudin bukan merupakan ketua Koptan. “Namanya kebetulan sama dengan Ketua Koptan Keto Dore Jati. Kami sudah klarifikasi, bahwa pernyataan itu tidak benar sama sekali,” kata Saifurrahman.
Dia menjelaskan, Kamis (27/12) malam, semua pengurus Koptan di Desa Punti, rapat, di rumah Kepala Desa. “Hasilnya, dibuat surat penyataan bahwa berita yang menyebutkan benih bantuan dijadikan pakan ternak adalah berita hoax atau bohong,” tuturnya.
Saifurrahman mengatakan, bantuan benih jagung baik BISI-2 maupun Premiun 191, sudah ditanam petani, kini tumbuh subur. Petani mengharapkan memang benih BISI karena sebelumnya petani sudah tanam jenis ini.
“Dengan hadirnya bantuan benih BISI dan Premium, masyarakat merasa terbantu. Benih tersebut kini sudah tumbuh,” ungkapnya.
Saifurrahman berharap berita bohong tersebut tidak mempengaruhi pengadaan benih jagung pada 2019. “Saya khawatirkan pemberitaan ini akan mempengaruhi bantuan benih pada tahun depan," tegasnya.
Direktur Serelia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang mengingatkan kepada petani, benih jagung tidak bisa dijadikan pangan ternak karena sudah di-coating dengan pestisida. “Itu petani terlalu men-dramatisir. Benih jagung dijadikan pakan ternak. Memang petani mau ternaknya keracunan?” tegasnya.
Bambang menambahkan, jika benih jagung dijadikan pakan ternak, maka ternak akan mati karena benih itu ada pestisidanya. Menurut Bambang, pemerintah memberi benih sesuai dengan permintaan petani. Artinya, diprioritaskan, tetapi kalau tidak tersedia, diberikan alternatif. “Kalau benih alternatif tidak suka, ya tidak usah diterima,” kata Bambang.