Ahad 30 Dec 2018 20:39 WIB

BPTP Cianjur Produksi Agensia Pengendali Hama Tanaman

Penggunaan agen hayati berhasil mencegah perkembangan penyakit.

Red: EH Ismail
 UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura wilayah kerja I Cianjur telah memproduksi berbagai macam agensia pengendali hayati
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura wilayah kerja I Cianjur telah memproduksi berbagai macam agensia pengendali hayati

EKBIS.CO, JAKARTA -- Produk hortikultura sehat dan berkualitas menjadi tuntutan konsumen. Konsumen menghindari produk yang mengandung residu pestisida berbahaya bagi tubuh. Masyarakat memilih untuk mengkonsumsi buah dan sayur berkualitas karena yakin mampu menjadikan tubuh lebih sehat dan kuat.

Produk hortikultura organik semakin dicari konsumen yang peduli dengan kesehatannya. Komoditas ini bebas dari penggunaan bahan kimia baik pupuk pestisida dan bahan tambahan lainnya. Proses produksi tanaman organik diatur dalam Permentan Nomor 64 tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik.

Agensia hayati merupakan bahan tambahan organik yang diizinkan penggunaannya dalam budidaya organik. Agensia hayati mampu meningkatkan vigor tumbuh tanaman, mampu berkompetisi sekaligus terkadang membunuh patogen penyebab penyakit. Sebagai contoh, trichoderma adalah jamur/cendawan tanah yang dapat menjaga lingkungan tumbuh tanaman lebih sehat dan unsur hara lebih tersedia. Jamur ini juga mampu menekan perkembangan jamur/cendawan tanah penyebab penyakit.

Dalam rangka mendukung pertanian organik, satuan pelaksana UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura wilayah kerja I Cianjur telah memproduksi berbagai macam agensia pengendali hayati seperti trichoderma, pseudomonas flurescens, paeni bacillus dan lain sebagainya yang diterapkan dalam pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Kepala satuan pelaksana UPTD BPTPH wilayah kerja I Cianjur, Budi Utoyo menjelaskan, penggunaan agen hayati berhasil mencegah perkembangan penyakit, meningkatkan produktivitas tanaman serta menggurangi penggunaan pestisida kimia.

"Sebagai contoh, panen kentang granola yang menggunakan trichoderma di kecamatan Sukanegara, kabupaten Cianjur bisa meningkat dari produktivitas 25 ton per hektare menjadi 39 ton per hektare,” kata Budi.

Sementara itu, Petugas POPT Direktorat Perlindungan Hortikultura Arif Akbar Ma'rufah menyarankan, penggunaan agensia hayati semakin dimasyarakatkan dengan membuat demplot-demplot percontohan. "Sehingga petani dapat langsung melihat dan meniru budidaya tanaman sehat dengan memanfaatkan agensia hayati.

Dengan memgembangkan pertanian organik, produk aman konsumsi dapat diwujudkan", ujar Arif.Di tempat terpisah Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf mengatakan Kementerian Pertanian sangat mendorong penerapan budidaya hortikultura ramah lingkungan.   "Peran laboratorium agensia hayati di bawah UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura yang ada di tiap provinsi sangat penting. Kementan bersama Dinas Pertanian Propinsi terus memberdayakan Laboratorium untuk mengembangkan dan menyebarluaskan agens hayati kepada petani hortikultura," jelasnya.

Dirinya berharap dengan memgembangkan pertanian ramah lingkungan, produk aman konsumsi dapat diwujudkan.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement