EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp 20 triliun. Obligasi tersebut akan mulai diterbitkan pada tahun ini hingga tiga tahun ke depan untuk memperkuat permodalan agar dapat mengakselarasi pertumbuhan penyaluran kredit.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan penerbitan obligasi tahap pertama akan diterbitkan pada semester I 2019 dengan nilai yang diperkirakan Rp 8 triliun. "Itu untuk jangka waktu tiga tahun. Untuk tahap pertama, diharapkan semester I tahun ini, agar dananya bisa kami manfaatkan," ujarnya di Jakarta, Kamis (3/1).
Sementara itu Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo merinci nilai obligasi yang akan diterbitkan pada tahun ini kemungkinan sebesar Rp 8 triliun. Kemudian di 2020 Rp 8 triliun, dan sisanya pada 2021.
Pendanaan melalui pasar modal tersebut untuk menunjang target pertumbuhan kredit perseroan sebesar 12-14 persen (tahun ke tahun/yoy) pada 2019. Target pertumbuhan kredit 2019 itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan kredit 2018 yang juga di kisaran 12-14 persen.
"Semoga ya di 2019 (12-14 persen) tergantung likuiditas juga," ujar Suprajarto.
Untuk 2018, Suprajarto mengklaim target pertumbuhan kredit dan laba perseroan tercapai. Meskipun, dia saat ini masih enggan merinci kinerja BRI untuk 2018 sebelum laporan keuangan perseroan diaudit.
Di 2019, bank berlaba terbesar di Indonesia itu juga berencana memperluas "gurita" bisnisnya dengan mengakuisisi sebuah perusahaan asuransi kerugian. Dana yang disiapkan untuk akusisi itu sebesar Rp 1,5 triliun.
Disinggung mengenai profil calon perusahaan asuransi kerugian yang akan diakuisisi, Suprajarto berujar bahwa BRI masih menjajaki perusahaan asuransi yang akan diakuisisi.
Di tahun 2018, BRI sudah melakukan aksi anorganik yang cukup agresif dengan mengakuisisi PT Bahana Dana Ventura dan PT Danareksa Sekuritas serta PT Danareksa Investement Management. "Tahun ini, akuisisi asuransi kerugian, biar lengkap," ujar Supra.
Total aset Perseroan pada 30 September 2018 tercatat Rp 1.183,4 triliun atau tumbuh 13,9 persen (yoy). Penyaluran kredit Rp 808,9 triliun dengan pertumbuhan 16,5 persen (yoy). Kemudian rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BRI secara gross tercatat 2,5.