Rabu 16 Jan 2019 17:15 WIB

Harga Bawang Merah di Cirebon Turun Drastis

Harga bawang merah sempat naik selama sepekan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
  Seorang petani memegang bawang merah.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang petani memegang bawang merah. (ilustrasi)

EKBIS.CO, CIREBON – Harga bawang merah di tingkat petani di Kabupaten Cirebon kembali anjlok setelah sempat melonjak selama sepekan.

 

Salah seorang petani bawang merah asal Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Wasirudin, menyebutkan, harga bawang merah saat panen perdana di awal Januari 2019 mencapai Rp 20 ribu per kilogram di tingkat petani. Namun, saat ini harga komoditas tersebut sudah mencapai Rp 12 ribu per kilogram di tingkat petani.

‘’Petani hanya menikmati harga tinggi itu selama seminggu. Setelah itu, harga bawang merah langsung turun drastis sampai sekarang,’’ ujar Wasirudin kepada Republika.co.id, Rabu (16/1).

 

Wasirudin mengaku tidak mengetahui penyebab pasti anjloknya harga bawang merah. Namun, hal itu dimungkinkan mulai banyaknya daerah yang juga memasuki masa panen.

Menurut Wasirudin, dengan harga yang kini mencapai Rp 12 ribu per kilogram, petani bawang merah tak bisa menikmati keuntungan yang diharapkan. Dia menyebutkan, untung baru bisa diraih saat harga bawang merah mencapai Rp 15 ribu per kilogram.

Meski demikian, Wasirudin tertolong dengan tingginya produksi bawang merahnya pada musim panen kali ini. Dia bisa memperoleh hasil hingga 12 ton per hektare.

‘’Padahal biasanya kalau panen di bulan Januari, paling cuma bisa dapat panen sembilan sampai sepuluh ton per hektare,’’ kata Wasirudin.

Wasirudin menjelaskan, tingginya curah hujan yang biasanya terjadi pada Januari, membuat produksi bawang petani akan jatuh. Namun, curah hujan pada Januari 2019 tergolong rendah, sehingga produksi bawang merah petani menjadi tinggi.

 

Sementara itu, terkait anjloknya harga bawang merah, Wasirudin mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang dinilainya tutup mata dengan kondisi tersebut. Pasalnya, anjloknya harga bawang merah bukan kali ini saja terjadi, namun sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir.

‘’Sekarang saya sudah tidak lagi mengharapkan kepada pemerintah karena memang tidak ada tanggapan. Saya sekarang mandiri saja, jalani saja,’’ kata Wasirudin.

Wasirudin mengaku, kerugian yang kerap dialaminya dalam beberapa tahun terakhir, membuatnya mengurangi luas areal tanaman bawang merahnya. Dia mengganti sebagian tanaman bawang merahnya dengan tanaman jagung.

‘’Banyak yang seperti saya,’’ tutur Wasirudin.

Hal itu dibenarkan seorang petani bawang merah lainnya, Nurkholis. Dia mengaku mengurangi tanaman bawang merahnya karena selalu merugi. Dia menggantinya dengan tanaman terong.

‘’Separuh saya tanam bawang merah, separuh laginya saya tanam terong,’’ kata petani yang memiliki lahan seluas satu hektare tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement