Ahad 20 Jan 2019 12:02 WIB

AS akan Beli Baja Batangan Indonesia

Indonesia dikecualikan dari pengenaan tarif impor AS sebesar 25 persen untuk baja.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nur Aini
Industri baja - ilustrasi
Industri baja - ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA – Pengusaha Indonesia dengan Amerika Serikat menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembelian baja batangan oleh Amerika dari Indonesia sebanyak 50 ribu metrik tom dengan nilai mencapai 40 juta dolar AS. Penandatanganan dilakukan antara Hanwa American Corp yang diwakili Ryuichi Takaba dengan Gunung Steel Group yang diwakili Abdullah Taniwan.

Penandatanganan dilakukan dalam misi dagang pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan ke Amerika di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York, AS, Kamis (17/1) waktu setempat. "Jumlah dari MoU yang ditandatangani ini merupakan awal dan masih akan diikuti lagi perkembangannya," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (20/1).

Sebelumnya, Indonesia berhasil mendapatkan pengecualian atas pengenaan tarif impor AS sebesar 25 persen untuk sejumlah produk baja. Namun, saat ini, masih ada beberapa permohonan pengecualian produk baja Indonesia yang belum mendapatkan putusan dari AS. Enggar memastikan, pemerintah akan upayakan terus untuk pengecualian tersebut.

Dalam acara yang sama, juga dilakukan penandatanganan MoU antara perusahaan Indonesia dengan AS untuk pembelian kedelai berkualitas tinggi dan penyuling biji-bijian kering dan larut (DDGS). Total komoditas dan peralatan yang dibeli adalah sebanyak 1,6 juta metrik ton.

Sebelum pelaksanaan business matching di New York, Kemendag juga menggelar Forum Bisnis dan Business Matching di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, AS pada Senin (14/1) waktu setempat. Acara yang dibuka Enggar tersebut dihadiri lebih dari 100 pengusaha AS dan Indonesia.

Dalam paparannya, Enggar menyampaikan, Indonesia ingin memiliki perdagangan dua arah dan investasi yang kuat serta hubungan ekonomi yang berkelanjutan dengan AS sebagai salah satu mitra paling strategis. Di tengah-tengah semua ketegangan perdagangan dan perdebatan yang mengarah pada pemikiran yang terpolarisasi, Indonesia menegaskan akan terus terlibat secara positif dan konstruktif dengan AS.

Menurut Enggar, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memperkuat hubungan kedua negara dibandingkan melakukan tindakan balasan. "Selain itu, tahun ini juga menandai hubungan diplomatik antara Indonesia dan AS yang ke-70 tahun," tuturnya

Enggar berharap, pemerintah dan para pelaku usaha AS dapat terus melihat Indonesia sebagai mitra yang terpercaya. Business matching tersebut dihadiri 14 pelaku usaha Indonesia yang bergerak di sektor kelapa sawit, alumunium dan baja, hasil laut, kedelai dan gandum, kapas dan tekstil, kopi, ban mobil, serta emas dan perhiasan.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan, penyelenggaraan business matching tersebut merupakan salah satu upaya Indonesia dalam memperkuat kemitraan dan berkolaborasi dengan AS. Selain itu, guna menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara.

Menurut Arlinda, AS menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia selama bertahun-tahun. Semakin banyak perusahaan AS berinvestasi di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. "Perdagangan antara Indonesia dan AS tercatat meningkat selama lima tahun terakhir," katanya.

Untuk periode Januari-Oktober 2018, total perdagangan kedua negara tumbuh 12,6 persen dengan nilai mencapai 23,9 miliar dolar AS. AS antara lain memasok kedelai, kapas, gandum, dan helikopter ke Indonesia, sedangkan Indonesia memasok bahan untuk industri seperti udang, karet, minyak sawit, ban, dan alas kaki ke AS.

Arlinda mengungkapkan, delegasi bisnis yang menyertai kunjungan kerja Mendag ke AS tidak hanya memiliki potensi besar untuk mengekspor produk-produknya yang berkualitas. Mereka juga diajak untuk membeli produk-produk AS yang memang dibutuhkan di dalam negeri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement