EKBIS.CO, BEIJING -- Ekonomi Cina tumbuh melambat ke level 6,6 persen sepanjang 2018. Angka ini masih di bawah raihan tahun 2017 yakni 6,8 persen, sekaligus menjadi yang terendah sejak 1990 silam.
Analis melihat bahwa perlambatan ekonomi Cina ke tingkat terendah tahun 2018 lalu disebabkan melemahnya permintaan domestik sebagai buntut dari perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Kondisi ini membuat Beijing harus segera menerbitkan stimulus untuk mencegah terjadinya perlambatan ekonomi yang lebih tajam.
Perlambatan ekonomi yang menghantam Cina ikut membuat negara-negara lain di dunia khawatir. Bagaimanapun juga, Cina merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia dan porsi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia hingga sepertiga bagian. Pembuat kebijakan di Beijing menjanjikan segara merilis stimulus untuk mencegah bertambahnya pengangguran.
"Pemerintah punya cara untuk menggenjot ekonomi. Bisa dengan memperluas belanja infrastruktur dan memangkas rasio kecukupan modal perbankan. Kita tak perlu khawatir soal belanja modal," ujar Kepala Peneliti Daiwa Institute of Research Naoto Saito di Tokyo, Jepang, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/1).
Naoto melihat bahwa permasalahan mendasar yang membuat ekonomi Cina melambat adalah rendahnya konsumsi rumah tangga alias permintaan yang seret. Kondisi ini adalah buntut dari perang tarif yang diluncurkan oleh Cina dan AS sejak beberapa bulan belakangan. Pertumbuhan upah pekerja dianggap mampu mendukung konsumsi, namun dinilai tidak berimbas signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
Biro Statistik Nasional Cina merilis, pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada kuartal keempat 2018 sebesar 6,4 persen, menurun dibanding raihan pada kuartal ketiga 2018 yakni 6,5 persen. Sejumlah analis juga memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi akan berlanjut ke angka 6,3 persen tahun 2019 ini.
Presiden AS Donald Trump memanfaatkan momentum ini untuk memperingatkan Pemerintah Cina agar segera meneken kesepakatan dagang. Melalui akun Twitter, Trump bahkan meminta Cina berhenti 'bermain-main' dan segera membuat sebuah kesepakatan nyata dengan AS.