EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan financial technology (fintech) peer to peer lending, Modalku, telah menyalurkan kredit sebesar Rp 2,2 triliun ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Total penyaluran kredit tersebut sejak perusahaan ini berdiri tiga tahun lalu.
Sementara di kawasan Asia Tenggara termasuk Singapura, Indonesia dan Malaysia, total pembiayaan yang sudah disalurkan Modalku sekitar Rp 4 triliun. "Selama tiga tahun terakhir, kita berkembang tiga kali lipat, di tiga tahun pertama menyalurkan Rp 1 triliun, namun di bulan-bulan terakhir kita bisa menyalurkan hingga Rp 3 triliun," kata Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya pada perayaan ulang tahun ketiga Modalku di Jakarta Pusat, Rabu (23/1).
Pembiayaan diberikan pada 150 ribu UMKM se-Asia Tenggara. Mayoritasnya berasal dari Indonesia, termasuk 10 ribu UKM. Selain menjadi wadah untuk memberi pinjaman pada UMKM, Modalku juga menyediakan wadah investasi bagi orang yang ingin meminjamkan uangnya.
Dari sisi pemberi pinjaman, Modalku mencatat sekitar 60 ribu akun yang terdaftar dengan 40 persen masuk dalam rentang usia milenial. Generasi milenial adalah segmen terbesar pemberi pinjaman Modalku karena produk yang ditawarkan intuitif bagi mereka.
Salah satu peminjam, Marco Suswanto mengatakan ia telah berinvestasi selama dua tahun di Modalku. Ia merasa puas dengan pelayanan dan imbal hasil yang diperoleh selama ini sekitar 13 persen per tahun.
"Saya suka berinvestasi di sini karena return-nya juga lebih tinggi dari deposito," katanya.
Secara rasio kredit macet (NPL), Modalku juga mencatatkan kinerja prima di angka 0,9 persen. Sementara di Indonesia sekitar 0,7 persen.
COO Modalku, Iwan Kurniawan mengatakan rasio bisa ditekan karena mereka menerapkan screening secara teknologi. "Sehingga kita bisa tahu mana yang berisiko, mana yang aman untuk didanai, juga kita menghindari sektor-sektor yang agak riskan," kata dia.
Menurut Iwan, Modalku merujuk pada daftar hitam sektor yang biasa dihindari perbankan. Mereka juga menerapkan hal itu. Dari sisi pendanaan, Iwan mengatakan mayoritas pemberi pinjaman atau orang yang berinvestasi (lender) adalah retail dan minoritas adalah institusi.