EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 ini masih flat atau hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini tak jauh-jauh dari 5,1 persen.
"View kita untuk domestik, kita lihat growth akan tumbuh steady di 5,1 persen. Jadi flat dibandingkan tahun kemarin," ujar Aldian saat jumpa pers Global Researh Briefing 2019 di Jakarta, Kamis (24/1).
Menurut Aldian, dengan pertumbuhan ekonomi yang masih dominan didorong oleh konsumsi, daya beli masyarakat masih bisa terjaga. Salah satu penyebabnya, yaitu harga-harga yang relatif stabil dan tidak dinaikkannnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah.
Baca Juga: Menko Darmin: Utang Pemerintah Masih Sehat
"Jadi yang terjadi adalah kenaikan harga minyak dunia tahun kemarin bisa 30 persen rata-rata, rupiah melemah rata-rata enam persen, itu tidak terasa oleh konsumen. Makanya kalau kita lihat consumer price di Indonesia turun, malah produsen price-nya naik," ujar Aldian.
Sementara itu, dari sisi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang cenderung ketat, transmisinya diperkirakan belum akan berjalan dengan optimal mengingat setengah penduduk di Indonesia masih belum memiliki akses ke produk-produk perbankan. "Kita lihat berapa sih rumah tangga yang punya akses ke produk perbankan, berdasarkan survei BI kan cuma setengahnya. Jadi setengah rumah tangga di Indonesia itu tidak punya akses ke perbankan, jadi mungkin transmisinya tidak akan begitu berjalan," katanya.
Sedangkan dari sisi investasi, ia menilai kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini masih cukup baik. Karena itu, belanja pemerintah untuk investasi harus terus dijalankan.
"Kalau kita lihat alokasi belanja infrastruktur masih tinggi meski naiknya tidak setajam dulu. Progres dari infrastruktur juga masih ada. Kalau kita lihat data KPPIP, diperkirakan sekitar 52 proyek atau 23 persen dari proyek strategis akan selesai di 2019," ujar Aldian.
Dari swasta sendiri juga diperkirakan mulai membaik. Data terakhir, permintaan kredit saat ini sudah mulai agak merata. Dua tahun terakhir, penerimaan kredit lebih banyak didorong sektor pertambangan dan infrastruktur. Sekarang perlahan sektor lain seperti manufaktur dan perdagangan juga sudah mulai membaik.
"Jadi harapannya, investasi swasta masih akan terus jalan. Daftar DNI juga diperbaiki terus, jadi lebih banyak sektor yang sekarang terbuka untuk asing," kata Aldian.