EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Kementerian Pertanian mendorong upaya win win solution bagi petani, pedagang dan konsumen. Pasar lelang merupakan upaya menguntung semua pihak. Terciptanya harga acuan yang berlaku bagi komoditas cabai adalah salah satu bukti dukungan pemerintah bagi masyarakat.
"Pasar lelang Kabupaten Sleman telah berlangsung selama satu tahun, dimulai sejak akhir 2017. Perkembangan sudah cukup bagus, untuk cabai sudah 2-4 ton tiap harinya," kata Kabid Hortikultura Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Edi Sri Harmanto.
Menurut Edi, manfaat pasar lelang sangat dirasakan oleh petani. Para kelompok tani telah tergabung dalam sembilan titik kumpul cabai. Sekitar 60 persen dari seluruh jumlah petani cabai telah masuk ke pasar lelang, 40 persen sisanya akan diupayakan untuk bergabung."
Edi menjelaskan, keberadaan pasar lelang membentuk program satu pintu dan satu harga untuk cabai. Diakui harga di pasar lelang kadang berfluktuasi namun cenderung stabil dibandingkan harga pasar.
"Sementara ini terjadi penurunan harga untuk cabai merah keriting Rp 7.500 dan cabe rawit Rp 13 ribu. Tetapi antara petani dengan pendagang tetap sama-sama untung, meskipun harga dibawah 10 ribu dirasa petani masih rugi. Tidak menutup kemungkinan harga akan cepat naik kembali diatas Rp 11 ribu," jelasnya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Yasid Taufik menerangkan, pasar lelang di Kabupaten Sleman dilaksanakan oleh asosiasi petani dan disesuaikan dengan kriteria permintaan pasar. Cabai yang dikumpulkan akan disortasi kembali, sehingga yang dilelang betul-betul cabai berkualitas.
"Ini suatu mekanisme pemasaran transparan dan merupakan mekanisme supply demand yang sempurna. Kalau penjualan secara konvensional, petani yang menawarkan dan pasar yang menentukan harga. Kalau lelang, petani sebagai penentu harga," tuturnya di hadapan para anggota Kontak Bisnis Hortikuktura Indonesia (KBHI), Sabtu (26/1).
Yasid memastikan pasar lelang ini berjalan dengan baik karena harganya lebih baik dibanding pasar konvensional. Harga cabai di Pasar Sleman menjadi acuan di berbagai daerah. Keuntungan petani menjadi lebih besar dibandingkan tanpa pasar lelang. Untuk itu Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura akan terus mengembangkan dan mendukung keberadaan pasar ini.
"Kementan selalu berintegrasi dengan dinas pertanian daerah. Apa yang dibutuhkan untuk menunjang pertanian, kita selalu aktif. Oleh karena itu infrastruktur apa yang dibutuhkan, sampaikan." tambahnya.
Ia menyebutkan, pembangunan pasar lelang Kabupaten Sleman dibangun dengan anggaran 2018 dan selesaikan pada waktunya sebagai inisiasi pertama pembangunan pasar lelang. Untuk ke depan, diharapkan model transaksi cabai melalui pasar lelang makin disosialisasikan agar menjadi acuan dan contoh bagi wilayah lain.
Pengelola Pasar Lelang, Sholeh menuturkan, sudah banyak perkembangan selama kurun waktu satu tahun berjalan, "Alhamdulillah, dari yang tadinya hanya skala hitungan kilo, kini sudah sampai 7 ton."
Sholeh menjelaskan, cabai yang dikumpulkan di pasar lelang tidak hanya berasal dari Sleman saja. Terdapat sembilan titik kumpul di mana cabai tersebut di antaranya berasal dari luar Sleman. Makin banyak petani yang memberikan kepercayaan kepada sistem penjualan lelang.
"Dalam pasar lelang terdapat konsep membangun kepercayaan antara petani dengan pengelola lelang. Dengan adanya pasar lelang, harga cabai mengacu kepada harga yang berlaku di pasar lelang. Program Sleman adalah membangun harga satu pintu dan memang harga di sini menjadi acuan bagi pasar dan daerah lain seperti halnya Gunung Kidul. Champion bisa menentukan harga setiap hari dan membentuk harga dasar,” paparnya.
Dengan terbentuknya koperasi KBHI kemarin, diharapkan dapat bersinergi dengan pasar lelang.
"Harapan kami, koperasi yang dibentuk KBHI bisa bersinergi dengan pasar lelang sehingga kami bisa mengetahui harga yang terjadi secara nasional, misalnya harga cabai," jelas Edi.