EKBIS.CO, JAKARTA -- Kembali dibukanya keran impor jagung tahun ini disambut baik peternak. Sebab, kondisi jagung untuk pakan masih dalam harga tinggi.
Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Leopold Halim atau yang akrab disapa Athung mengatakan, saat ini harga jagung tinggi dan dalam kondisi kadar air tinggi. Harga jual pun berada di angka Rp 5.800 sampai Rp 6.000 per kilogram (kg) untuk jagung pengeringan matahari.
"Kalau kering oven Rp 6.100-Rp 6.200 per kg," ujarnya kepada Republika, Selasa (29/1).
Tingginya harga jagung ini berdampak cukup panjang. Peternak terpaksa mengurangi proporsi jagung dalam pakan.
Biasanya, jagung mengisi 50 persem hingga 55 persen komposisi pakan namun kini dihemat menjadi 30 persen hingga 32,5 persen. Itu artinya, peternak harus mencari komponen lain sebagai subsidi jagung mulai dari gandum, bungkil kopra hingga bungkil sawit.
"Yang paling gampang ya gandum karena impornya masih bebas. Tapi kita pakai gandum harus masukin lagi enzim untuk bisa diserap tubuh ayam," katanya.
Tingginya permintaan terhadap gandum tentunya berdampak pada peningkatan harga. Saat ini harga gandum mahal di angka Rp 5.200 per kg. Padahal menurutnya, pada kondisi normal harga gandum kurang dari Rp 4.000 per kg.
Pembatasan konsumsi jagung pada pakan ini rupanya juga berdampak pada daya tahan ternak terutama saat musim hujan yang terjadi kini. Meski tidak mengetahui pasti penyebabnya, namun diakui Athung beberapa peternakan terkena penyakit hingga membuat produksi berkurang.
Ia berharap panen jagung yang diperkirakan terjadi akhir Februari dan Maret bisa memperbaiki keadaan. Sayangnya, peternak mandiri tersebut harus bersaing dengan industri pakan lantaran stok yang juga mulai menipis.
Apalagi, feedmil berani untuk membeli jagung petani dengan harga mahal. Untuk itu, ia menyambut baik impor jagung 150 ribu ton yang akan dilakukan Bulog tahun ini.
"Kalau betul-betul masuk betul-betul penyelamat buat peternak. Kalau nggak masuk tinggal menunggu siapa yan mati duluan," ujarnya.