EKBIS.CO, NIAS -- Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Gunung Sitoli, Nias, Sumatera Utara, mulai Januari ini hanya menyalurkan biodiesel untuk mendukung kebijakan penerapan campuran minyak nabati 20 persen pada bahan bakar diesel atau B20. Dia mengatakan sejalan dengan penyaluran B20, maka terminal Gunung Sitoli menghentikan suplai solar murni (B0).
"Dengan bertambahnya Terminal BBM Gunung Sitoli menyalurkan biodiesel, maka sudah ada 19 terminal BBM di wilayah MOR I yang menyalurkan B20," ujar Kepala Operasi Terminal BBM Gunung Sitoli, Abuzar di Medan, Rabu.
Abuzar menjelaskan pada tahun lalu, terminal BBM ini juga sudah memasok sekitar 16.200 kiloliter B20. "Secara total, MOR I melalui Industrial Fuel and Marine sudah menyalurkan 600 ribu kiloliter biodiesel di seluruh wilayah Sumatera bagian Utara," ujarnya.
Jumlah itu akan terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kemampuan suplai minyak nabati dari produsen. Menurut Abuzar, penyaluranB20 akan berdampak pada beberapa instansi pengguna solar.
Hingga kini, katanya, instansi seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN) khusus PLTG dan Alutsista TNI masih menggunakan bahan bakar solar karena spesifikasi pembangkit listrik tenaga gas (PLTG)nya memang pakai B0.
"Sejalan dengan beralihnya layanan Terminal BBM Gunung Sitoli ke biodiesel B20, Pertamina sudah mengirimkan surat pemberitahuan ke pihak-pihak terkait," katanya.
Pertamina meminta instansi pengguna B0 segera melakukan alih suplai B0 dari Terminal BBM Gunung Sitoli ke TBBM Teluk Kabung, TBBM Dumai, TBBM Medan Group, TBBM Tanjung Uban, ataupun TBBM Pulau Sambu. Manajemen TBBM Gunung Sitoli berharap peralihan kebijakan itu tidak mengganggu operasional instansi-instansi tersebut.
Abuzar menegaskan Pertamina menjamin keandalan suplai B0 di lokasi-lokasi TBBM tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No 2018 K/10/MEM/2018, pemerintah telah menetapkan 30 titik penerimaan biodiesel sehingga solar murni (B0) hanya akan tersedia di 30 titik penerimaan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang telah ditentukan.