EKBIS.CO, BEKASI -- PT Gunung Raja Paksi (GRP) mengekspor 300 ton baja struktur diekspor ke Sri Lanka dan 400 ton plat baja ke Australia di Cikarang Barat, Bekasi, Kamis (31/1). Pelepasan ini dilakukan langsung oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Enggar menjelaskan, ekspor baja PT Gunung Raja Paksi ini merupakan sebuah momentum luar biasa di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti akibat perang dagang Amerika dengan Cina. "Ini dapat menjadi katalis yang sangat penting, untuk tidak saja mendorong pertumbuhan industri domestik, namun juga untuk terus menangkap peluang pasar global dan meningkatkan ekspor nasional," ujarnya saat memberikan sambutan.
Enggar melanjutkan, besi dan baja merupakan komoditas yang penting bagi pembangunan bangsa. Keduanya merupakan bahan yang dipakai dalam berbagai industri karena sifat-sifatnya yang bervariasi dan fleksibel. Mulai dari industri konstruksi dan bangunan, otomotif, sampai dengan peralatan dapur dan rumah tangga.
Enggar menilai, kinerja ekspor Indonesia kini perlahan mulai menunjukkan performa baik. "Kemendag terus melakukan penyesuaian berbagai kebijakan dan regulasi," ujarnya.
Tapi, Enggar menegaskan, kebijakan tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya peran aktif para pelaku usaha untuk terus berkomitmen mengembangkan usahanya dan mendukung perekonomian nasional.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong agar PT GRP dapat meningkatkan kontribusinya dalam perdagangan global dengan mengembangkan pasar tujuan ekspor ke negara lain. Di antaranya ke Amerika Serikat, terutama setelah ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara Hanwa American Corp dengan Gunung Steel Group untuk ekspor baja batangan sebanyak 50.000 MT.
Sebagai salah satu perusahaan nasional berorientasi ekspor, PT GRP telah mengekspor produknya ke berbagai negara di dunia. Di antaranya Malaysia hingga New Zealand.
Adapun untuk ekspor besi dan baja Indonesia pada 2018 mengalami kenaikan tajam tajam dari 3,33 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 5,75 miliar dolar AS pada 2018 atau naik sebesar 72,40 persen.
Berbagai upaya Kemendag dalam meningkatkan daya saing dan pangsa pasar ekspor produk Indonesia di antaranya adalah diversifikasi pasar dengan membidik pasar nontradisional. Misalnya, Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, Eurasia, dan Amerika Latin melalui negosiasi dan inisiasi perjanjian perdagangan bebas serta kegiatan promosi yang berkelanjutan.
Selain itu, Enggar menjelaskan, dengan melakukan pengamanan perdagangan, baik di dalam dan di luar negeri serta memfasilitasi perdagangan melalui kebijakan penyederhanaan perizinan perdagangan dan pembinaan produk dan SDM ekspor.
CEO PT GRP Alouisius Maseimilian optimistis kinerja perusahaan dapat terus meningkat. Khususnya, dengan akan beroperasinya fasilitas blast furnace di semester kedua 2019 yang memiliki kemampuan meningkatkan kapasitas produksi bahan baku utama berupa slab yang dihasilkan dari penyerapan sumber bijih besi lokal dan mengurangi biaya produksi.
Alouisius menjelaskan, fasilitas ini merupakan upaya perusahaan untuk mampu memenuhi kebutuhan baja nasional yang terus meningkat setiap tahun. Selain itu, juga untuk membuka peluang penjualan lebih banyak lagi di mancanegara. "Peningkatan kemampuan tersebut tentunya berkat dukungan pemerintah, yang membantu mengatasi hambatan perdagangan ekspor melalui berbagai regulasi," ujarnya.
Alouisius menjelaskan, tiap tahun, PT GRP menghasilkan kapasitas produksi total 2,8 juta ton per tahun dengan berbagai jenis dan spesifikasi baja, baik standar nasional maupun internasional. Produksi itu memenuhi kebutuhan baja di berbagai sektor mulai dari konstruksi, perkapalan, migas, pertambangan, alat berat, dan lainnya.
Dalam catatan PT GRP, pada 2017, perusahaan mampu mengekspor 20 ribu ton baja dengan nilai 13,5 juta dolar AS. Jumlah itu naik menjadi 42 ribu ton dengan nilai 31 juta dolar AS. Tahun ini, PT GRP menargetkan ekspor 50 ribu ton baja dengan nilai 40 juta dolar AS.