EKBIS.CO, SERANG -- Melon merupakan buah semusim yang memiliki nilai ekonomi. Buah ini juga memiliki prospek pengembangan cukup besar karena sangat digemari oleh masyarakat. Sentra produksinya tersebar di berbagai wilayah mulai dari Kabupaten Kulonprogo, Ngawi, Grobogan, Ponorogo, Karanganyar, Lombok Tengah, Takalar, Parigi Moutong, Serang dan Kebumen.
Pangsa pasar terbesar bagi komoditas melon terdapat di wilayah Jabodetabek. Sebagai wilayah terdekat Jakarta, Provinsi Banten berpotensi untuk memasok hasil pertanian ke Jabodetabek termasuk komoditas melon. Kota Serang merupakan salah satu pemasok melon dari Provinsi Banten, mengikuti Kota Cilegon yang menjadi ikon penghasil melon di provinsi tersebut.
Jenis melon yang banyak dihasilkan di Kota Serang adalah golden melon dan telah dipasarkan ke beberapa pasar modern. Golden melon merupakan jenis melon tidak berjaring atau memiliki kulit yang mulus dan berwarna kuning, dengan warna daging buah bervariasi dari putih hingga oranye. Berbeda dengan melon biasa, golden melon terlihat eksotis dengan daging cenderung bertekstur lebih renyah, manis dan segar.
Salah satu petani yang konsisten membudidayakan golden melon di Kota Serang adalah Iwan Subakti. Dari luasan 12 hektare lahan budidaya, dapat diproduksi rata-rata 20 ton per hektare melon. Hasil produksinya dipasarkan ke pasar modern di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya.
Iwan mengatakan, harga golden melon dari kebun mencapai Rp 15 ribu per kg. Selain dijual melalui supplier juga dijual melalui petik langsung (agrowisata) dengan harga Rp 20 ribu - 25 ribu per kg.
“Golden melon ini pun pernah diekspor ke Singapura meski saat ini tidak berlanjut,” kata Iwan.
Untuk ke depan, Iwan berencana untuk mengekspor melonnya ke wilayah Timur Tengah.
Direktur Buah dan Florikultura, Sarwo Edhy menjelaskan, golden melon merupakan salah satu jenis melon yang banyak diminati masyarakat, dikarenakan memiliki keunggulan baik dari bentuk, warna dan rasa yang lebih baik dari melon lainnya.
"Diharapkan golden melon dari Serang dapat lebih berkembang lagi dan dibudidayakan sesuai standar Good Agriculture Practices (GAP) serta penanganan pasca panen yang baik sesuai Good Handling Practices (GHP), sehingga produksinya dapat berdaya saing khususnya untuk pasar ekspor," jelas Sarwo.