EKBIS.CO, OSAKA -- Indonesia menilai investasi Jepang, khususnya investasi portofolio, masih berpotensi ditingkatkan karena itu hubungan dengan investor negara tersebut perlu terus dirawat. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, maka informasi tentang perekonomian Indonesia harus diperbarui.
"Investasi portofolio Jepang di Indonesia masih berpotensi ditingkatkan karena nilainya masih sangat kecil," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, seperti dilaporkan wartawan Republika, Agung P Vazza, dari Osaka, Jepang, Jumat (1/2,) malam, usai menghadiri pertemuan dengan analis dan investor Jepang di Tokyo dan Osaka.
Guna menjaga dan memaksimalnya potensi tersebut, Mirza menegaskan pentingnya memberikan informasi terbaru tentang perekonomian Indonesia. Salah satunya melalui pertemuan dengan analis dan investor. Menurut data Kementerian Keuangan, nilai investasi portofolio dalam bentuk saham dan obligasi dalam rupiah per Desember 2018 sebesar 163,56 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, kepemilikan asing sebesar 61,68 miliar dolar AS. Sementara kepemilikan investor Jepang hanya 2,07 miliar dolar AS. Kepemilikan mereka atas obligasi Indonesia dalam mata uang yen juga masih kecil.
Menurut Mirza, merupakan tugas bersama para pemangku kepentingan di Indonesia untuk merawat hubungan dengan investor Jepang tersebut sehingga tujuan meningkatkan investasi, termasuk investasi langsung, dapat tercapai. Dikatakannya, dengan koordinasi dan sinergi yang baik para pemangku kepentingan di Indonesia, maka investor dapat melihat komitmen Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan informasi terkini kepada investor Jepang merupakan salah satu cara untuk mempertahankan dan menarik investasi dari Jepang. "Saya menyambut baik kegiatan (pertemuan dengan investor) seperti ini, supaya mereka tahu komitmen kita dalam menjaga kepercayaan mereka atas surat utang kita," katanya.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif mengatakan di sisi investasi di Indonesia, Jepang berada di posisi kedua terbesar sampai tiga tahun terakhir. "Tahun 2018 memang agak sedikit melandai tapi tidak terlalu signifikan," ujar Arifin dalam kesempatan yang sama. Nilainya sekitar 4,9 miliar dolar AS, dari sebelumnya 5,1 miliar dolar AS.
Arifin menjelaskan tahun lalu, investor Jepang sempat mengkhawatirkan penurunan rupiah. Tapi sekarang sudah rebound, capital inflow juga sudah mulai masuk lagi. "Indonesia masih cukup menarik buat investor Jepang, termasuk investasi portofolio," tambah Arifin.
Menurutnya, Indonesia memang perlu terus menerus mengupdate perkembangan ekonomi Indonesia termasuk regulasi terkait investasi. Secara keseluruhan, papar Arifin, investor Jepang melihat Indonesia menjadi salah satu tujuan utama investasi lantaran infrastruktur mulai membaik serta utility yang mulai memadai.
"Kita harus mempertahankan, kalau perlu mengakselerasi pembangunan sektor-sektor seperti infrastruktur. Kalau infrastrukturnya tidak memadai bagaimana mereka mau investasi. Kalau soal regulasi sudah banyak yang direformasi untuk memudahkan berinvestasi. Begitu juga soal perijinan, termasuk implementasi Online Single Submission (OSS). Mudah-mudahan dengan OSS bisa mendorong investasi lebih baik lagi," jelas Arifin.