EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, kontribusi manufaktur pada pertumbuhan ekonomi 2018 hanya 19,86 persen. Angka itu terus mengalami penurunan sejak 2016 yang sebesar 20,52 persen kemudian menjadi 20,16 persen pada 2017. Pertumbuhan industri manufaktur pun melambat tipis menjadi 4,27 persen pada 2018 dibandingkan pertumbuhan 2017 yang sebesar 4,29 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyoroti kinerja industri makanan dan minuman (mamin) yang memiliki porsi 31 persen terhadap total industri manufaktur. "Apa yang terjadi di industri makanan dan minuman akan berpengaruh ke industri secara total. Ini PR yang perlu dipikirkan ke depan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/2).
Baca juga, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17 Persen Sepanjang 2018
Industri mamin tumbuh melambat baik pada kuartal IV 2018 maupun sepanjang tahun lalu. Pertumbuhan industri mamin pada kuartal IV 2018 adalah 2,74 persen (yoy). Angka itu jauh melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2017 yang sebesar 13,77 persen (yoy). Sementara, pertumbuhan industri mamin pada 2018 hanya sebesar 7,91 persen atau melambat dibandingkan pertumbuhan 2017 yang sebesar 9,23 persen.
"Perlambatan ini di antaranya disebabkan oleh perlambatan produksi CPO (minyak kelapa sawit)," kata Suhariyanto.
Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan yang memiliki porsi 13,02 persen pada pertumbuhan ekonomi 2018 adalah 4,97 persen. Angka itu menguat dibandingkan pertumbuhan 2017 yang sebesar 4,46 persen.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi 2018 adalah sebesar 5,17 persen. Angka itu berada di bawah target dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4 persen. Akan tetapi, angka itu lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Kementerian Keuangan sebesar 5,15 persen.