EKBIS.CO, LAMONGAN -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman optimis Indonesia mampu mengekspor jagung sebesar 500 ribu ton pada 2019. Angka itu di atas realisasi ekspor tahun 2018 yang sebesar 380 ribu ton.
"Kita bisa lihat di lapangan, sepanjang jalan yang dilalui tadi pematang ditanami jagung. Itu menunjukkan jagung sedang menguntungkan untuk petani, ini jangan diganggu," kata Amran, di Lamongan, Jawa Timur, Rabu (6/2).
Amran yang berkunjung ke Lamongan untuk panen raya jagung di Desa Mojorejo Kecamatan Modo itu menjelaskan bahwa pada 2018 memang ada impor jagung sebesar 100 ribu ton. Ia kemudian menjelaskan, bahwa dari hasil penelusuran Kementan saat itu ada alokasi impor gandum 200 ribu ton untuk industri pakan ternak yang tidak direalisasikan oleh pemilik alokasi.
Alasannya, karena saat itu nilai dolar sedang tinggi-tingginya, sehingga petani memilih untuk membeli jagung lokal, meski dengan harga Rp 5.000 per kilogram.
"Ini mengakibatkan harga jagung terus naik, harga pakan naik, yang kemudian membuat peternak kesulitan," katanya.
Oleh karena itu, dilakukan impor agar petani tetap untung tapi peternak juga bisa tersenyum. "Dengan melakukan ekspor 380 ribu ton dan impor 100 ribu ton pada tahun 2018, sebenarnya masih surplus. Dan yang terpenting, kita sudah bisa stop impor jagung," katanya.
Ia mengatakan maksimal dalam dua bulan ke depan Indonesia sudah ekspor lagi, dan produksi bisa diharapkan mencapai 500 ribu ton, dengan potensi jagung berasal dari Gorontalo, Sumbawa dan Lamongan.
"Saat ini harga jagung berkisar Rp 3.400 hingga Rp 3.600 per kilogram. Namun karena memasuki panen raya, dalam dua hingga tiga minggu ke depan ada kekhawatiran harga hingga dibawah HPP," katanya.
Untuk itu, Kementan akan mengajak Bulog melakukan penyerapan jagung petani, agar petani tidak rugi, dan peternak juga masih bisa untung.