EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menganggap capaian angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen sepanjang 2018 merupakan sebuah prestasi. Hal ini diungkapkan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika.
Ia beralasan, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di tengah tekanan ekonomi global yang berat seperti harga minyak, nilai tukar, perang dagang, dan tekanan lainnya. Tak hanya itu, ujar Erani, sejak 2016 pemerintah dapat memeroleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat disertai dengan pengurangan 3 masalah ekonomi yakni kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan.
Erani menyebut bahwa capaian ini bahkan tidak diperoleh sepanjang satu dekade sebelum tahun 2015. "Kenapa perolehan pertumbuhan 5,17 persen merupakan prestasi? Paling pokok ekonomi global sudah melambat sejak 2011. Tentu, kondisi tersebut memengaruhi performa ekonomi Indonesia," kata Erani, Kamis (7/2).
Tekanan global bahkan ikut melemahkan pertumbuhan ekonomi negara lain di dunia. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan Cina turun dari 6,9 persen pada 2015 menjadi 6,5 persen (kuartal IV 2018). Sementara Korea Selatan turun dari 2,8 persen (2015) menjadi 2 persen (kuartal IV 2018) dan India turun dari 7,4 persen (2015) menjadi 6,7 persen (2018).
Di kawasan ASEAN, penurunan pertumbuhan ekonomi juga tidak dapat dihindarkan. Ekonomi Malaysia, misalnya, hanya tumbuh 4,4 persen pada kuartal IV 2018, di mana pada 2015 tumbuh 5,1 persen. Pada saat bersamaan, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia justru naik, dari 4,88 persen pada 2015 menjadi 5,17 persen pada 2018.
"Jadi, kita terbang saat negara lain menukik turun," kata Erani.
Staf Khusus Presiden tersebut juga mengungkapkan bahwa penurunan kemiskinan bukan soal angka saja, namun ini hajat keadilan ekonomi yang diamanatkan oleh konstitusi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat penduduk miskin tinggal 9,66 persen pada 2018.
Dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, yang masih bertengger pada angka 11 persen, tentu capaian saat ini jauh lebih baik. "Menekan angka kemiskinan hingga di bawah dua digit bukanlah pekerjaan mudah, karena pemerintah dihadapkan pada struktur kemiskinan kronis. Tapi misi ini tak boleh gagal, dan pemerintah telah menunaikannya dengan baik," katanya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2018 sebesar 5,18 persen (yoy). Angka itu melambat tipis dibandingkan kuartal IV 2017 yang sebesar 5,19 persen (yoy). BPS menyebut raihan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 adalah yang tertinggi sejak 2014 lalu.
Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan ekonomi pada 2014 adalah sebesar 5,01 persen, kemudian pada 2015 melambat menjadi sebesar 4,88 persen, pada 2016 sebesar 5,03 persen, dan pada 2017 sebesar 5,07 persen.