EKBIS.CO, JAKARTA – Sejak digulirkan pada 2017, program vokasi industri sudah berhasil menggandeng sebanyak 2.074 SMK dan 745 perusahaan dari wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, sampai saat ini, ada 3.708 perjanjian kerja sama yang sudah ditandatangani dengan konsep satu SMK dapat dapat dibina oleh beberapa perusahaan.
Dalam tahapan terbaru, vokasi industri dilakukan di wilayah Jawa Timur yang melibatkan 295 SMK dan 97 perusahaan. Dua tahun lalu, Jawa Timur menjadi lokasi pertama Kemenperin mengawali program link and match vokasi industri. Kini, program kembali diluncurkan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan dan SMK yang belum terfasilitasi pada tahap pertama
Menurut Airlangga, Jawa Timur dipilih untuk mengawali pelaksanaan program vokasi industri karena dinilai sebagai wilayah yang sangat concern terhadap pengembangan SMK. Jawa Timur juga merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan industri tertinggi. "Selanjutnya, kami akan meluncurkan lagi di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (7/2).
Airlangga menambahkan, pembangunan nasional pada tahun ini fokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas setelah gencar melakukan berbagai pembangunan infrastruktur. Oleh karenanya, dibutuhkan program pendidikan dan pelatihan vokasi secara lebih giat untuk mendapatkan SDM yang kompeten.
Airlangga menargetkan, program revitalisasi vokasi industri pada 2019 dapat menggaet sebanyak 2.685 SMK dan 750 perusahaan. "Kami berharap, perusahaan indusri dan SMK yang telah menandatangani perjanjian kerja sama, agar melaksanakan program-program pembinaan dan pengembangan SMK yang telah digariskan. Selanjutnya, pemerintah daerah untuk dapat mendukung program ini," tuturnya.
Selain program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dan industri, pemerintah juga melaksanakan pendidikan vokasi berbasis kompetensi menuju dual system, pembangunan politeknik di kawasan Industri dan Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI). Kemudian, pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan Kerja), pembangunan infrastruktur kompetensi (SKKNI, LSP dan Sertifikasi Kompetensi), serta pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad menilai, pendidikan vokasi ini merupakan program link and match yang dibutuhkan SMK.
Dia menyebutkan, saat ini jumlah SMK swasta di Indonesia sebanyak 10.500 sekolah, sedangkan SMK negeri mencapai 3.500 sekolah. "Jadi, tidak ada masalah kalau kita mampu melakukan layanan pendidikan yang terbaik dengan menghasilkan lulusan yang bisa langsung terserap kerja," kata Hamid.