Jumat 15 Feb 2019 22:59 WIB

Kementan Fasilitasi Sinergisitas Petani Jagung dan Peternak

Tim Pusat dikerahkan untuk merealisasikan peran pemerintah di wilayah panen jagung.

Red: EH Ismail
Kementerian Pertanian mengawal panen raya jagung di sejumlah wilayah.
Kementerian Pertanian mengawal panen raya jagung di sejumlah wilayah.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian melalui Ditjen Tanaman Pangan mengawal panen raya jagung di sejumlah daerah yang berlangsung bulan ini. Panen raya mencapai 9 ribu hektare yang tersebar di delapan kabupaten seperti Lamongan, Tuban dan Grobogan.

"Pengawalan ini dimaksudkan agar kebutuhan jagung para peternak cepat terpenuhi, terutama melalui peran Bulog," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, Jumat (15/2).

Menurut Diarmita, sejauh ini pihaknya sudah menjembatani penyerapan jagung dari petani ke peternak dengan Bulog dalam mengatur pasokan. Penyerapan itu merupakan instruksi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

"Saat ini di lapangan sudah mengerahkan Tim Pusat untuk merealisasikan peran pemerintah di 23 provinsi wilayah panen jagung. Inilah langkah konkret dalam memberi kepastian pasar kepada petani dan memenuhi kebutuhan jagung bagi peternak ayam," ujarnya.

Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan, minggu pertama hingga minggu kempat Februari 2019 ini, jumlah panen jagung mencapai 9.379 hektare, dengan capaian panen terbesar di Pasaman Barat yang mencapai 3.200 hektare.

Disusul wilayah Solok Selatan, Agam, dan Pasaman dengan masing-masing capaian 1500, 1200, dan 1000 hektare. Kabupaten lainnya adalah Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Tanah Datar, dan Limapuluhkota masih dalam tahap proses panen.

"Panen di provinsi wilayah jagung dimulai sejak minggu pertama Februari 2019 dan puncaknya pada minggu ke tiga Februari 2019 ini. Untuk itu kami berharap Bulog dapat membantu menyerap jagung petani saat panen raya ini, sehingga dapat menjadi buffer stock," tuturnya.

Diarmita berharap petani jagung dan peternak ayam mandiri dapat menikmati masa panen raya jagung melalui mekanisme distribusi dan stok yang baik. Terkait suistainailitas (keberlanjutan) ketersediaan jagung, ia mengusulkan Pemda membuat BUMD dengan memanfaatkan dana desa.

"BUMD ini juga sekaligus membangun Silo, sehingga dapat menyerap jagung hasil panen petani. Saya perhatikan penanganan pasca panen jagung sangatlah diperlukan, terutama saat panen raya tiba seperti ini," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Bina Usaha dan Kelembagaan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, Avrizal Arman mendukung pemerintah pusat dalam mewujudkan kemitraan antara petani jagung dan peternak ayam dalam penyerapan jagung yang dilakukan Bulog.

Menurut Avrizal, Sumatra Barat sebagai sentra ternak ayam petelur di wilayah Sumatra tingkat kebutuhan jagung untuk pakan sangat tinggi. Untuk setahun, kebutuhan jagung pakan ternak mencapai 400 ribu ton, yaitu 260 ribu ton untuk peternak petelur mandiri dan 140 ribu ton per tahun untuk pabrik pakan.

"Terkait hal ini kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan agar penyerapan jagung ini diatur masa panen antar daerah," katanya.

Untuk pengembangan jagung di Sumbar, Avrizal menambahkan, pemerintah daerah mempunyai rencana jangka panjang untuk memfasilitasi petani dengan memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). "Rencana itu kita harapakan terealisasi dalam waktu dekat," pungkasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement