EKBIS.CO, JAKARTA -- Sebanyak 4.695 Sambungan Rumah (SR) jaringan gas rumah tangga dipasang di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Total pembiayaan jaringan gas di wilayah ini mencapai Rp 52 miliar.
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pada Jumat (15/2). "Jargas (jaringan gas) di Kota Tarakan dibangun berasal dari dua sumur gas yang dioperasikan Pertamina EP dan Medco," ujarnya dalam peresmian yang dipusatkan di Kampung Enam, Kota Tarakan, melalui siaran pers.
Pembangunan jaringan gas ini merupakan bagian program yang dilaksanakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk pemerataan. Pemerintah memprioritaskan sumber daya yang ada untuk kemakmuran rakyat sesuai semangat ketahanan energi.
Keberadaan jaringan gas akan mengurangi ketergantungan terhadap Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang sebagian masih impor. "Setahun kebutuhan kita 6,5 juta ton, 4,5 juta di antaranya masih impor. Meski produksi gas bumi kita 1,2 juta setara barel oil per hari, jenis yang dihasilkan bukan C3 dan C4 yang bisa dibuat LPG," kata Jonan.
Selain itu, Jonan menyatakan bahwa pembangunan jargas mampu menekan biaya subsidi sebesar Rp 178 miliar per tahun. Impor LPG diyakini berkurang 25.500 ton per tahun.
Pembangunan 4.695 sambungan rumah (SR) jaringan gas di Kota Tarakan meliputi Kelurahan Kampung Enam (1.336 SR), Kelurahan Kampung Empat (1.274 SR), Kelurahan Mamburungan (1.030 SR), Kelurahan Karang Rejo (164 SR), Kelurahan Pamusian (283 SR) untuk rusunawa dan perum khusus serta penetrasi sebanyak (349 SR). "Melalui penambahan (jargas) ini, sekitar 70 persen masyarakat di kota Tarakan menikmati manfaat gas bumi," urai Jonan.
Pasokan gas untuk Jargas kota Tarakan berasal dari Pertamina EP Bunyu dengan alokasi sebesar 0,3 MMSCFD dan Medco Energi sebesar 0,2 MMSCFD. Adapun pembangunan infrastruktur jaringan gas di Kota Tarakan ditugaskan kepada Perusahaan Gas Negara (PGN) yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2018.
Jargas di Kota Tarakan dibangun dalam tiga tahap yaitu tahun 2010 sebanyak 3.366 SR, tahun 2016 21.000 SR dan 2018 sebanyak 4.695 SR. Hingga saat ini, sebanyak 29.061 rumah tangga telah teraliri gas bumi atau sekitar 70 persen dari total rumah tangga di Kota Tarakan. Investasi pembangunan jargas dalam tiga tahap ini mencapai Rp 332 miliar.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, dengan kehadiran jargas masyarakat bisa mengakses sumber energi baik. "Jargas jauh lebih memudahkan masyarakat mendapatkan akses energi," ungkap Gigih pada kesempatan yang sama.
Di sisi lain, PGN sebagai sub holding gas juga konsisten membangun infrastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas bumi.
Sampai saat ini, PGN tercatat mengelola jaringan infrastruktur pipa gas sepanjang 7.453 km yang terus diperluas. Pada 2018, Pemerintah membangun jargas sebanyak 89.906 SR di 18 lokasi yaitu Lhokseumawe (2.000 SR), Deli Serdang (5.560 SR), Medan (5.656 SR), Palembang (4.315 SR), Prabumulih (6.018 SR), Musi Rawas (5.182 SR), Serang (5.043 SR), Cirebon (3.503 SR), Bogor (5.120 SR), Sidoarjo (7.093 SR), Pasuruan (6.314 SR), Probolinggo (5.088 SR), Bontang (5.005 SR), Penajam Paser Utara (4.260 SR), Balikpapan (5.000 SR), Tarakan (4.695 SR), Samarinda (4.500 SR) dan PALI (5.375 SR).
Untuk diketahui, jaringan gas dibangun oleh pemerintah di daerah yang memiliki sumber gas, infrastruktur pasok gas bumi, dan terdapat ketersediaan pengguna. Di samping itu, jargas memiliki banyak keunggulan.
Gas yang dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah tangga merupakan gas alam (natural gas) yang sangat bersih. Jargas ini jauh lebih aman karena tekanan jargas lebih rendah dari tekanan LPG. Artinya, apabila ada kebocoran, gas langsung naik ke atas ke udara bebas.
Keunggulan lain adalah dapat dilakukan penghematan baik dari sisi konsumen maupun Pemerintah. Jargas sangat murah sehingga pengunaannya dapat mengurangi biaya rumah tangga hingga 90 ribu per bulan per keluarga. Jargas juga lebih praktis dibandingkan LPG 3 kg karena pasokan terjamin 24 jam.
Selain itu, program jargas juga akan menekan impor LPG sehingga menghemat subsidi LPG 3 kg dalam APBN. "Masyarakat dapat menghemat hingga 36 persen dibandingkan penggunaan LPG 3 kg," pungkas Jonan.