Kamis 21 Feb 2019 13:00 WIB

Petani Padi di Kalimantan Barat Adopsi Pertanian Organik

Kerjasama dengan FAO akan dilaksanakan selama dua tahun.

Red: Dwi Murdaningsih
Pertanian organik. (ilustrasi)
Foto: FAO
Pertanian organik. (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) meluncurkan program bantuan petani kecil di Kalimantan Barat. Program ini mengadopsi Sistem Pertanian Organik untuk memproduksi beras.

Program yang diluncurkan, Kamis (21/2) ini merupakan bagian dari rencana Pemerintah untuk menciptakan Seribu Desa Organik. Desa organik merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional (Nawacita) dengan fokus pada peningkatan kemandirian ekonomi sektor domestik utama.

Baca Juga

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Gatut Sumbogodjati, mengatakan organik sudah menjadi alternatif konsumsi bagi masyarakat Indonesia, walaupun belum dalam skala besar. Pelaku organik saat ini cenderung memenuhi pasar ekspor sebagai target usaha. Dalam rangka itu, pemerintah memberikan berbagai fasilitasi, antara lain bantuan sarana produksi, bantuan sarana pascapanen, dan sertifikasi.

Kerjasama dengan FAO akan dilaksanakan selama dua tahun di desa penghasil padi Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Dinas Pertanian dan  LSM lokal telah mengidentifikasi kelompok tani yang akan melaksanakan Sistem Pertanian Organik.

Penekanan produksi berbasis kesehatan ekosistem akan menghasilkan produk pangan yang sehat dan aman. FAO mendefinisikan ketahanan pangan sebagai ‘Ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomi untuk makanan yang cukup, aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan untuk kehidupan yang aktif dan sehat '

Kegiatan program ini difokuskan pada memproduksi beras yang dapat disertifikasi secara resmi sebagai organik. Proses produksi yang akan dicapai adalah produk yang memiliki branding organic yang dapat diperdagangkan di dengan menggunakan input bersertifikat, dan menggunakan fasilitas pemrosesan yang menghubungkan branding organik dengan peluang pasar di tingkat provinsi di Kalimantan Barat dan selanjutnya ke Malaysia.

Gatut Sumbogodjati menekankan wilayah pengembangan organik yang bekerjasama dengan FAO diprioritaskan di wilayah perbatasan. Hal ini memperhatikan aksesibilitas pasar diantaranya Malaysia dan perhatian pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perbatasan.

FAO mendukung pergeseran ke pertanian organik karena lebih menekankan kesehatan ekosistem daripada mengandalkan input pertanian kimia sintetis. “Sistem pertanian organik ini mengurangi dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi berbahaya akibat dari penggunaan input seperti pupuk sintetis dan pestisida sintetis, dan varietas yang dimodifikasi secara genetika,” kata perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement