Senin 25 Feb 2019 16:53 WIB

Harga Jagung Pakan Ternak di Kalsel Rp 4.200 per Kilogram

Semakin tinggi kadar airnya, semakin tinggi harga jualnya.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Panen jagung
Foto: Republika/Imas Damayanti
Panen jagung

EKBIS.CO,  BANJARMASIN -- Luas lahan panen jagung hibrida di Provinsi Kalimantan Selatan sepanjang Februari 2019 mencapai 14.234 hektare dengan produksi mencapai 67.645 ton. Di musim panen, harga jagung di tingkat petani Kabupaten Tanah Laut berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.200 per kilogram (kg). Perbedaan harga dilihat dari kadar air yang ada pada jagung. 

“Jagung di sini rata-rata kadar airnya mulai dari 30, 20, sampai 15 persen. Semakin kering kadar airnya, semakin tinggi harga jualnya,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut, Achmad Mustahdi, kepada Republika.co.id, Senin (25/2).

Baca Juga

Dilansir dari data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalimantan Selatan, harga jagung di tingkat petani Kabupaten Tanah Laut bervariatif tergantung jenisnya. Dalam data tersebut disebutkan, jagung tongkol (Rp 3.000-Rp 3.200 per kg), jagung pi per kg), dan jagun per kg). 

Dia menjelaskan, panen jagung hibrida di Kabupaten Tanah Laut menghasilkan tujuh sampai delapan ton perhektare. Di mana jika dirata-rata dengan biaya produksi, kata dia, mencapai Rp 15 juta per hektare. Dengan biaya produksi tersebut, pendapatan kotor petani bila panen raya jagung ditaksir mencapai Rp 24 juta per hektare. 

photo
Lahan Pertanian Siap Panen: Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut, Achmad Mustahdi, meninjau lahan pertanian siap panen, di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Senin (25/2).

Menurutnya, wilayah Kabupaten Tanah Laut sangat potensial ditanami tanaman yang terintergrasi seperti jagung dengan sawit atau jagung dengan padi. Adapun masa tanam jagung dilakukan dalam kurun empat bulan sekali dengan sistem langsung tanam. 

“Bagi kami, lahan di sini masih sangat potensial. Ke depannya kami juga akan memanfaatkan lahan-lahan kosong karena kami melihat, tingkat kerugian jagung saat ini masih sangat kecil,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga menjamin pasokan panen petani dapat tertampung karena telah ada dua pabrik industri pakan ternak di Kabupaten Tanah Laut yang siap membeli. Kendati demkian, dia mendorong upaya pemerintah pusat untuk memberi solusi terkait ketersediaan pengering (dryer) terutama di saat musim panen tiba. 

Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut, potensi produksi jagung hibrida pada Februari 2019 sebesar 14.646 ton atau 3,63 persen dari total produksi jagung di Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 402.869 ton di 13 kabupaten dan kota. 

Dwifungsi Lahan Tani

Sementara itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, sistem dwifungsi atau integrasi sawah pertanian dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara pengekspor hasil tani. Meski dia mengakui saat ini Indonesia masih mengimpor jagung, dia optimistis Indonesia dapat membalikkan keadaan. 

“Kami yakin dengan potensi yang masing-masing daerah miliki, dalam satu hingga dua bulan ke depan, Indonesia sudah mampu ekspor jagung,” katanya. 

Dia menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir tren impor jagung oleh Indonesia semakin menurun.  Jika dulu ada tiga juta ton impor jagung yang dilakukan pemerintah, katanya, hal itu turun mwnjadi 180 ribu ton impor jagung di tahun berikutnya. 

“Lalu tak lama kemudian, kita sudah bisa ekspor sebesar 38 ribu ton. Artinya kita surplus,” kata dia. 

Pihaknya memproyeksikan, ekspor jagung yang ditargetkan pemerintah dalam satu hingga dua bulan ke depan dilihat dari potensi lahan jagung di Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, dan diharapkan Kalimantan Selatan dapat segera menyusul sebagai wilayah penghasil jagung hibrida. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement