EKBIS.CO, GORONTALO -- Memasuki musim panen awal tahun, Provinsi Gorontalo kembali mengekspor jagung untuk kali kedua. Ekspor kali ini dilakukan seiring adanya peningkatan produksi jagung dari petani lokal.
"Saya sudah menyatakan, satu hingga dua bulan ini harga jagung akan turun sehingga kita persiapkan ekspor. Ini sudah terjadi," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, saat ditemui di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Kamis (28/2).
Amran mengatakan, tahun ini, Provinsi Gorontalo ditargetkan mengekspor komoditas jagung sebanyak 150 ribu ton khusus ke Filipina. Target produksi jagung di Provinsi Gorontalo tahun ini sebesar 1,7 juta ton, atau lebih tinggi dari realisasi produksi tahun lalu sebanyak 1,52 juta ton.
Pemilihan Filipina sebagai tujuan ekspor karena faktor kebutuhan akan jagung yang besar serta jarak antara Filipina dan Gorontalo yang cukup dekat. Sebagai catatan, Amran menuturkan, ekspor jagung dari Gorontalo ke Filipina sudah dimulai sejak 2018. Tahun lalu total jumlah ekspor sebesar 113 ribu ton.
Ekspor jagung rencananya akan dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (1/3) pagi dari salah satu sentra pertanaman jagung di Gorontalo Utara. "Itu yang sedang kita tunggu, karena Gorontalo sudah kontrak dengan Filipina. Jadi ekspor ke Filipina semua," ujarnya.
Pemerintah telah menetapkan harga acuan pembelian jagung di tingkat petani sebesar Rp 3.150 per kilogram dengan kadar air 15 persen. Acuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Amran pun mengakui, pada musim panen kali ini tidak dipungkiri masih terdapat harga pembelian di bawah acuan tersebut. Ia menyebut, level terendah harga jagung hingga menyentuh Rp 2.500 per kilogram dari sebelumnya sekitar Rp 3.200 - Rp 3.000 per kilogram.
Alhasil, petani terancam merugi. "Harga turun ini karena produksinya meningkat. Adanya ekspor ini, yang jelas jagung petani dibeli dengan harga diatas acuan pemerintah," ujar dia.