EKBIS.CO, MALANG -- Agribisnis jamur Tiram di Kabupaten Malang, Jawa Timur, berkembang dengan baik. Hal itu tak terlepas dari konsep pola plasma dan inti yang diterapkan oleh kelompok tani/asosiasi, sehingga usaha tani jamur tiram dapat berkembang. Produknya pun beraneka macam, mulai jamur segar sampai jamur olahan, seperti keripik jamur, nugget jamur, dan bakso jamur.
Salah seorang perintis usaha tani jamur di Kabupaten Malang Sumanto mengaku telah menggeluti bisnis jamur tiram sejak 2006. Dengan ketekunan dan kesabaran, usaha tani Sumanto berkembang dengan pesat. Dia mengaku memulai usaha tani jamur sejak 2006 dengan modal nekat.
“Tetapi saya mau belajar dari yang terbaik,” kata Sumanto.
Bahkan, Sumanto tak segan belajar sampai ke Cianjur, Jawa Barat setelah mengetahui ada seorang bernama Triono yang sudah sukses berbudi daya jamur. “Saya nekat mencari dan meminta nasehat serta saran-saran beliau dalam berbudi daya dan usaha baglog jamur. Sampai sekarang komunikasi kami berjalan baik, minimal 1 tahun sekali saya sempatkan untuk bertemu”.
Selain kepada Triono, Sumanto juga banyak menimba ilmu dari berbagai pelaku usaha jamur daerah lain. Kini, Sumanto memiliki usaha jamur yang berlokasi di Desa Wonorejo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Kumbung yang dimiliki oleh Sumanto telah berkembang menjadi 15 unit kubung, dengan kapasitas pasokan sekitar 5-6 kuintal jamur tiram segar per hari untuk kebutuhan Malang dan sekitarnya.
“Meskipun terbilang cukup mudah dan menguntungkan, budi daya tiram ada masa naik turunnya. Krena itu, petani jamur tiram sangat butuh bimbingan dan pelatihan dari pemerintah” ujar Sumanto yang sudah membudidayakan jamur kuping dengan kapasitas produksi sekitar 1 kuintal per hari.
Jamur memiliki karakteristik dan keunikan metode budi daya tersendiri lantaran dibudidayakan di dalam kumbung yang harus diatur suhu dan kelembabannya. Selain itu, haru pula diperhitungkan populasi baglog yang sesuai dengan kapasitas kumbung. Biasanya, kapasitas kumbung dengan ukuran 5 x 8 meter persegi mampu menampung antara 5.000 – 7.000 baglog.
Awalnya, Sumanto hanya membuat ratusan bag log dalam sehari. Kemudian, setelah melalui berbagai macam proses belajar, saat ini Sumanto sudah mampu memproduksi 1.000-2.000 bag log per hari dengan dibantu puluhan pekerja di lokasi usahanya. Baglog yang diproduksi berukuran 18 x 35 cm dan berat 1,3 kg dengan produksi mencapai 3,5 ons jamur segar. Biaya produksi per baglog sekitar Rp. 1.500 dengan harga jual yang realtif stabil berkisar antara Rp 11 ribu sampai Rp 12 ribu per kg.
“Margin keuntungan budi daya jamur tiram bisa sampai 30-50 persen dari modal,” kata Sumanto.
Saat mengunjungi lokasi pengembangan jamur milik Sumanto, Kasubdit Sayuran Daun dan Jamur Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat (STO) pada Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Indra Husni berharap, Sumanto tetap menjaga kontinuitas pasokan dan mutu jamurnya agar keberlangsungan usaha tani dan penjualan baglog dapat terus berkembang.
“Tahun-tahun awal dalam budidaya jamur biasanya merupakan periode yang berat dalam budi daya jamur,” imbuh Indra.
Menurut dia, dibutuhkan keuletan dan kesabaran yang cukup tinggi untuk dapat bertahan. Kendati jamur tiram termasuk salah satu jamur pangan dengan nilai ekonomi tinggi dan proses budi daya relatif lebih mudah dibandingkan jamur lain, namun media dan sanitasi kumbung merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan budi daya jamur tiram.
“Pemilihan bahan yang cocok bagi pertumbuhan dan kebersihan kumbung juga merupakan kunci sukses,” ujar Indra.
Saat ini, upaya yang dilakukan oleh Sumanto adalah membangun jaringan komunitas jamur dari Kabupaten Malang sampai ke Kota Batu. “Teknologi budi daya jamur tiram terus berkembang dan perlu ada upaya transfer teknologi,” kata Sumanto.
Transfer teknologi diperlukan agar perkembangan jamur tiram terus menjadi lebih baik. Selain itu, dengan membangun komunitas jamur, maka produsen jamur dapat saling bertukar informasi sekaligus memberdayakan petani.
“Karena bukan hanya keuntungan yang kami kejar, tapi juga nilai-nilai sosial di masyarakat. Kami ingin maju secara bersama-sama,” tambah Sumanto.
Saat ini, sudah ada Komunitas Jamur Malang Raya dengan 79 pembudidaya jamur yang tergabung dalam komunitas tersebut. Selain pertemuan rutin setiap bulan, komunitas ini juga membangun jejaring pasar. Kapasitas produksi baglog tiap anggota bervariasi antara 200 – 2.000 baglog. Malang sebagai daerah wisata memiliki potensi pasar jamur tiram yang cukup besar. Kurang lebih 5 ton per hari jamur tiram segar yang sudah dipasok oleh petani jamur di Kabupaten Malang.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang Heri Suntoro berharap, komunitas, asosiasi, dan kelompok tani jamur bisa bekerja sama dengan Dinas untuk penguatan kelembagaan. Tujuannya tak lain guna membentuk jaringan kerja yang memberikan posisi tawar yang kuat bagi para petani jamur.
“Kalau kita kompak dalam mengatur pola tanam dan menentukan harga jual yang wajar, maka keuntungan yang baik akan diterima oleh petani,” kata Heri.