EKBIS.CO, JAKARTA – Mengimbangi bea masuk nol persen atas kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, terdapat pembatasan jumlah impor sapi asal Australia ke Indonesia.
“Sampai jumlah tertentu (ketentuannya), begitu dia (impor sapi Australia) lebih dari jumlah itu, maka kena dia,” kata Darmin, Senin (11/3).
Kendati demikian, dia enggan menyebut ketentuan jumlah impor sapi yang boleh masuk dari Australia. Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia dengan Australia kerap mengalami defisit.
Pada Januari 2019 saja, neraca perdagangan kembali defisit sebesar 1,16 miliar dolar AS, lebih tinggi dari sebelumnya di kisaran 1,03 miliar dolar AS. Berdasarkan data tersebut, defisit neraca perdagangan disebabkan oleh impor yang mencapai 15,03 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari capaian ekspor sebesar 13,87 miliar dolar AS.
Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana menilai, kerja sama IA-CEPA harus dilandasi dengan penguatan di sektor peternak domestik. Hal itu guna meningkatkan produktivitas ekspor serta mengimbangi impor sapi Australia.
Dia mengimbau kepada pemerintah untuk memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) milenial untuk mengisi sektor ternak di tingkat menengah. Sebab dia menilai, sektor peternakan sapi kelas menengah masih sangat minim di ranah domestik, sementara industri peternakan besar sapi di Australia jumlahnya cukup masih.
“Di Indonesia kan peternaknya kebanyakan itu peternak mandiri, jumlah sapi ternak yang dikelola pun tidak banyak,” kata Teguh.
Dia menambahkan, dengan adanya penurunan tarif atas produk peternakan seperti daging, sapi bakalan, dan susu akan berpengaruh pada pertumbuhan kinerja ekspor ternak. Paling tidak, kata dia, produk impor eks Australia akan mempunyai daya saing yang sedikit lebih besar.
Sebelumnya diketahui, tarif bea masuk impor sapi Australia sebesar lima persen. Dengan adanya pembebasan bea masuk impor tersebut, Teguh mengaku persaingan peternak sapi lokal akan jauh lebih berat dari kondisi sebelumnya. Terlebih, terdapat impor daging kerbau asal India yang jauh lebih murah dan kompetitif.