Kamis 21 Mar 2019 14:26 WIB

Bantu Produk Petani, KTNA Siapkan KTNA Mart

KTNA Mart memberi kepastian pasar baru bagi para petani.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Thohir (tengah) menjelaskan adanya KTNA Mart yang menjual 30 persen produk lokal di Gedung YAMPI Jakarta, Kamis (21/3).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Thohir (tengah) menjelaskan adanya KTNA Mart yang menjual 30 persen produk lokal di Gedung YAMPI Jakarta, Kamis (21/3).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) siap meresmikan KTNA Mart pada April 2019. KTNA Mart didirikan untuk menampung produk lokal dari para petani.

"Harapannya, petani lebih mudah memasarkan," ujar Ketua Umum KTNA Nasional Winarno Thohir, Kamis (21/3).

Baca Juga

Ia mengatakan, hadirnya KTNA Mart memberi kepastian pasar baru bagi para petani. Dengan begitu, petani bisa lebih bersemangat dalam berproduksi.

KTNA Mart nantinya berisi 30 persen produk lokal. Namun, ia melanjutkan, secara bertahap kuota untuk produk lokal akan ditingkatkan. Sisanya, KTNA Mart tetap memberikan porsi untuk produk kebutuhan rumah tangga lainnya layaknya toko ritel lain.

KTNA Mart pertama dibangun di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu dengan ukuran 5×8 meter.  "Tokonya sudah ada, sekarang sedang mencari kepala toko," ujar dia. Kepala toko tersebut diperuntukkan bagi putera daerah sebagai upaya membantu penyerapan tenaga kerja.

Ke depannya, KTNA mengajak kader-kader yang memiliki naluri bisnis untuk turut mengembangkan KTNA Mart secara nasional. "Daripada nebeng dengan yang lain, pengeluaran biaya lebuh besar, lebih baik kita mencoba kemampuan kita sendiri," kata dia.

Kehadiran KTNA Mart bukan tanpa perhitungan. Winarno menambahkan, pihaknya menggandeng ahli yang telah lama berkecimpung di bidang ritel dalam pembangunan KTNA Mart.

Lasmi, produsen jamu Laskar Jamu Gendong (LJG) menyambut baik kehadiran KTNA Mart. Lain halnya dengan toko ritel ternama yang mewajibkan pembayaran listing produk.

"Saya tolak dari pada nantinya saya kesulitan," katanya.

Sebagai UMKM, produk jamu miliknya tentu telah melewati tahap kurasi tinggi oleh toko ritel. Diakui Lasmi, ia sangat senang ketika produknya disetujui untuk masuk toko ritel tersebut. Namun, adanya biaya-biaya yang dinilai memberatkan membuat ia urung memasarkan produknya ke gerai ritel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement