EKBIS.CO, DOLOK SANGGUNG -- Kementerian Pertanian (Kementan) mendororng pengembangan sentra bawang putih di sejumlah daerah guna mengejar target swasembada di tahun 2021. Setidaknya untuk mencapai target tersebut dibutuhkan luas lahan sekitar 78 ribu hektare. Salah satu lokasi yang potensial untuk dikembangkan adalah Kabupaten Humbang Hasundutan yang potensinya mencapai 500-1.000 hektare.
Humbang Hasundutan merupakan kabupaten yang mempunyai luas sekitar 2.297 kilometer persegi. Wilayah tersebut terletak di barisan pegunungan Bukit Barisan dengan iklim sejuk mendekati dingin dengan ketinggian 330-2.075 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara geografis, kontur tanahnya kaya dengan kandungan organik yang cukup tinggi.
Selain lokasi tersebut, pengembangan kawasan sentra bawang putih juga didorong di daerah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara seperti di Bangli. Inspektur Jenderal Kementan Justan Siahaan pada kesempatan panen bawang putih perdana mengatakan, umbi bawang putih yang tumbuh di Humbang Hasundutan sangat baik.
“Melihat hasil panennya, kami optimistis wilayah ini bisa menjadi sentra baru bawang putih,” kata Justan dalam keterangan pers, Selasa (8/4).
Dia melihat, Humbang Hasundutan juga berpotensi menjadi produsen benih di wilayah Sumatera bahkan menyuplai pasokan benih ke seluruh Indonesia. Dia menjelaskan, saat ini sudah ada bukti yang akuntabel sehingga ke depan, wilayah Humbang Hasundutan diharapkan mampu menjadi motor penggerak bangkitnya bawang putih menuju lumbung pangan dunia.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Humbang Hasundutan Junter Marbun menjelaskan, umumnya petani bawang putih menanam varietas Lumbuh Kuning. Sedangkan hasil ubinian di lokasi tersebut rata-rata mencapai sembilan ton per hektare dengan umur panen 120 hari dan ukuran umbi yang cukup besar.
“Makanya, ini sangat prospektif untuk dikembangkan,” katanya.
Kasubdit Bawang Merah dan Sayuran Umbi Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Agung Sunusi menjelaskan, pada 2019 ini pemerintah akan mengembangkan lahan seluas 250 hektare. Bila diasumsikan setiap satu hektare berproduksi sembilan ton basah, kata dia, maka produksi tersebut dapat dikonversi menjadi benih rata-rata tiga ton per hektare.
“Itu artinya, benih yang bisa dihasilkan di sini bisa mencapai 750 ton,” kata Agung.