REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA — Kapal ternak pengangkut sapi dan hewan – hewan penghasil daging yang konsumsi masyarakat telah melancarkan distribusi pangan ke berabagai daerah. Berkat fasilitas tersebut, pengiriman daging untuk memenuhi permintaan pasar di berbagai daerah berjalan cepat dan tidak mengalami hambatan.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani mengatakan, pengiriman sapi antarpulau terjadi karena kebutuhan daging sapi yang tinggi. Terutama di sentra konsumen. Kebetulan, daerah tersebut tidak produktif dalam mengembangbiakkan sapi yang disebabkan faktor tata ruang dan agro ekosistem yang tidak mendukung.
Sementara itu, tingkat konsumsi daging sapi di daerah produksi atau peternakan sapi rendah. Stok sapi berlebih. Akibatnya harga komoditas itu di sentra konsumen lebih tinggi jika dibandingkan dengan di sentra produsen.
Kapal pengangkut ternak dimanfaatkan untuk mengirim sapi dari daerah produsen ke daerah konsumen. Penyelenggaraan kapal khusus angkutan ternak memperhatikan prinsip animal welfare, agar ternak merasa nyaman selama waktu pengangkutan dengan memperhatikan aspek-aspek logistik.
“Dampak adanya kapal ternak dapat meminimalkan penyusutan bobot ternak bahkan kematian yang dikarenakan penanganan sapi tidak layak di atas kapal” tegas Fini.
Konektivitas
Kapal ternak Kementan 2
Selain itu, pemanfaatan kapal khusus angkutan ternak berimplikasi pada optimalnya konektivitas daerah sentra produksi dan konsumen. Transportasi laut efektif melayani pengangkutan ternak. Perjalanannya berlangsung rutin dan terjadwal dari daerah sentra produksi menuju daerah konsumen.
Beberapa provinsi sumber produksi ternak yaitu NTT, NTB, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Lampung. Provinsi Jawa Barat selain sebagai daerah sentra produksi juga sebagai daerah konsumsi setelah DKI Jakarta.
Keberadaan kapal ini merupakan realisasi rekomendasi Litbang KPK terkait perbaikan tata niaga komoditas strategis daging sapi. Litbang KPK menilai pengangkutan ternak antar pulau dengan kapal laut selama ini didominasi oleh beberapa pelaku usaha.
KPK merekomendasikan tersedianya alat angkut sapi yang dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak dan memenuhi kaidah animal welfare. KPK juga merekomendasikan dibangunnya sarana dan prasarana loading-un loading di pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan.
Dilihat sisi efektifitas menurut Fini, keberadaan kapal khusus ternak dinilai mengurangi waktu tempuh. Juga diharapkan menghemat biaya, mengurangi susut berat ternak karena selama perjalanan sudah menerapkan prinsip animal welfare.
Pengadaan kapal khusus angkutan ternak dilakukan oleh Pemerintah termasuk pemberian subsidi biaya pengangkutan (ongkos tambang). Selain itu, fasilitas yang tersedia di kapal khusus ternak adalah bongkar muat, asuransi, pakan dan air minum ternak selama pelayaran, pelayanan penanganan ternak (petugas dokter hewan 1 orang, mantri hewan 1 orang dan kleder 10 orang).
Pemanfaatan muatan balik kapal khusus ternak
Pemanfaatan muatan balik masih belum dioptimalkan, mengakibatkan biaya operasional/tarif yang tinggi. Hal tersebut perlu dikembangkan lebih baik lagi dengan melibatkan Pemerintah daerah serta pelaku usaha antar wilayah sehingga Tol Laut mampu menciptakan Pertumbuhan ekonomi antar wilayah.
Keberadaan kapal khusus ternak dapat dimanfaatkan pada arus balik untuk mengangkut bahan pakan ternak dari Pulau Jawa ke NTT. Biaya angkutan pakan buatan pabrik pun jika diangkut kapal ternak jauh lebih murah karena memanfaatkan arus balik dengan tarif muatan relatif murah.
Hal ini tentu mendukung upaya meminimalisasi penyusutan bobot hidup ternak salah satunya dari sisi kebutuhan pakan ternak selama pelayaran. “Penyusutan bobot hidup ternak selama pengangkutan dinilai dapat menurunkan nilai ekonomi ternak sehingga kompensasi kerugiannya dibebankan pada penambahan harga tiap kg bobot hidup ternak”ungkap Fini.
Fini menyebutkan provinsi NTT sebagai gudang ternak sapi, kerbau dan babi membutuhkan kontinuitas ketersediaan bahan pakan ternak yang cukup sepanjang tahun. Namun pada musim kemarau ketersediaan bahan pakan ternak di Provinsi NTT cenderung terbatas.
Untuk mengantisipasi kekurangannya perlu dipasok bahan pakan ternak dari daerah sumber pakan ternak. Sumber bahan pakan ternak cukup melimpah di beberapa daerah di Pulau Jawa sehingga bahan pakan ternak dapat dimuat di Pelabuhan yang disinggahi kapal.
“Oleh karena itu wilayah NTT sebenarnya masih sangat membutuhkan pasokan bahan pakan ternak dari wilayah lain. Pakan complete feed buatan pabrikan harganya relatif mahal karena didatangkan dari Surabaya dengan biaya pengangkutan yang tinggi.”pungkas Fini.