EKBIS.CO, JAKARTA — Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) akan menjadi kunci mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Hal ini dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pertanian di daerah.
"Pengembangan rawa melalui program Serasi ini diperlukan sinergi yang serius dari pemerintah daerah dan pusat," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy dalam diskusi pertanian di Gedung PIA Kementan, Kamis (25/4).
Keseriusan ini memiliki motivasi dan basis tujuan yang sangat kuat, yakni untuk meningkatkan indeks dan produksi pertanian. Lebih dari itu, serasi dinilai program luar biasa karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga bermuara pada kesejahteraan.
"Tentu tujuan program ini untuk meningkatkan index kesejahteraan petani. Maka itu, kami juga sudah memberikan bantuan berupa benih unggul dan bermutu," katanya.
Program ini diharapkan mendorong petani milenial turun langsung ke sawah dan perkebunan Serasi. Langkah ini perlu dilakukan untuk memudahkan penggunaan teknologi yang diterapkan.
"Program ini mau tidak mau harus melibatkan petani milenial baik saat tanam maupun panen. Langkah ini untuk menggedor produksi dan bisa menstabilkan harga," katanya.
Sekadar diketahui, program yang digagas Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman ini msih difokuskan untuk tiga wilayah di Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
"Tapi ada juga permintaan dari Lampung dan Riau yang mengajukan. Sebab, catatan yang ada, program ini berhasil menanam padi sebanyak 10 ribu hektare," katanya.
Sudah ada hasil
Sekretaris Direktorat Jenderal (Sekdijen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Bambang Pamuji mengatakan bahwa program ini sudah menyentuh tahap panen. Hasilnya memuaskan atau berkualitas baik.
Semua itu tak lapas dari perhatian pemerintah dalam menyediakan berbagai bantuan seperti benih bersertifikat, benih unggulan, pupuk dolamit dan herbisida. "Kemudian kami juga melakukan integrasi budidaya hortikultura yang selama ini sudah berjalan cukup baik," katanya.
Memanfaatkan lahan rapuh
Di tempat yang sama, Peneliti pada Balai Penelitian Tanah Kementerian Pertanian I GM Subiksa, mengatakan bahwa keberadaan lahan rawa selama ini sangat termarjinal dan rapuh. Dengan kata lain, apapun tumbuhanya tidak bisa tumbuh secara baik.
“Karena itu kita harus serius memanfaatka lahan rawa karena selama ini yang jadi problem kita,” katanya.
Secara karekteristik, kata Subiksa, lahan rawa memiliki sedimen marin lapisan tanah pirit (FeS2). Kemudian posisi dan konsentrasi pirit bervariasi dan menentukan tipologi lahan. Lalu pirit mudah teroksidasi menghasilkan lahan dengan reaksi sangat masif.
Adapun secara genetis lahan pasang surut merupakan tanah endese dengan tingkat kesuburan yang relatif baik. "Tapi kalau tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi degradasi lahan rawa seperti tanah masam yang menyebabkan basah-basah casium, magsium dan kasium tercuci," katanya.
Menjadi lumbung pangan dunia
Staf Ahli Kementan untuk Bidang Infrastruktur Dedi Nursyamsi, menambahkan selama ini pemerintah sudah memasang target kuat, yakni menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.
"Nah, menurut kami ada 3 hal yang perlu ditekankan pada pengelolaan rawa. Pertama infrastruktur, teknologi inovasi dan Huma resources. Kalau ini bisa dikelola kami yakin tujuan lumbung pangan dunia akan tercapai," katanya.
Program ini tak lepas dari upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan kelahiran penduduk hingga 1,34 persen. Atau dengan kata lain ada sekitar 3,5 juta yang membutuhkan makan.
"Di saat bersamaan banyak alih fungsi lahan. Maka itu peluang lahan rawa, baik yang pasang surut maupun tadah hujan sangat baik sekali. Kalau dikelola dengan benar, maka produksi padi di lahan rawa bisa mencapai 9 kali lipat," tandasnya.