EKBIS.CO, JAKARTA — PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan laba bersih minus 89 persen menjadi Rp 37,41 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 355,46 miliar. Penurunan ini disebabkan harga sawit dalam negeri yang tergolong rendah.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan penurunan kinerja tersebut juga dialami hampir seluruh pelaku industri sawit nasional. "Pencapaian kuartal I-2019 kurang baik, saya rasa bukan hanya Agro Lestari, tapi semua pemain sawit," ujarnya kepada wartawan, Jumat (26/4).
Prijono menepis kinerja perusahaan menurun disebabkan karena dampak dari sikap diskrimatif Uni Eropa (UE) terhadap produk sawit asal Indonesia. Sebab penurunan produksi sawit cukup signifikan mencapai 4 juta sejak tahun lalu.
"Saya tidak ingin menyalahkan bahwa itu (karena) black campaign, tapi anda harus tahu bahwa produksi sawit dan turunannya memang meningkat sekitar 3-4 juta pada 2018, sehingga supply dan demand akan kena kepada harga, dan harga sekarang memang rendah sekali,” ungkapnya.
Mengenai diskriminasi sawit, pemerintah Indonesia tengah menyiapkan langkah-langkah untuk menggugat Uni Eropa (UE) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait aturan sawit yang dianggap pemerintah diskriminatif dan merugikan Indonesia.
Dalam keterangan resmi Grup Astra, penurunan laba AALI disebabkan penurunan harga minyak kelapa sawit sebesar 20 persen menjadi Rp 6.252 per kilogram dibandingkan dengan rata-rata pada kuartal pertama 2018. Penurunan tersebut belum dapat diimbangi oleh kenaikan volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebesar 25 persen menjadi 599 ribu ton.
Laba bersih Grup Astra pada kuartal I-2019 pun hanya naik tipis sebesar 5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 sebesar Rp 4,98 triliun. Pendapatan perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini naik 7 persen menjadi Rp 59,61 triliun dari sebelumnya Rp 55,82 triliun.
Kinerja anak usaha dari sektor otomotif dan agribisnis yang tertekan membuat kinerja Grup Astra cukup terganggu.