EKBIS.CO, JAKARTA — PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM mengalokasikan pendanaan senilai Rp 9 triliun-Rp 10 triliun untuk menyalurkan pembiayaan pada tahun ini. Adapun sumber pendanaan diproyeksikan berasal dari penerbitan obligasi dan medium term notes (MTN) sebesar 60 persen serta dari pinjaman perbankan dan pemerintah sebesar 40 persen.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan target penyaluran pembiayaan masih berasal dari dua program perseroan yakni PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dan PNM Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM).
“Obligasi karena upaya kami sebagai variasi sumber pendanaan, tetap ada dari bank komersial. Kami pendanaan lebih banyak capital market sekitar 60 persen-70 persen,” ujarnya saat acara ‘Penawaran Umum Berkelanjutan II PNM’ di Hotel Fairmont, Senin (29/4).
Untuk target nasabah pada 2019, Arief mengatakan perseroan menargetkan total nasabah mencapai 4,37 juta. Pada akhir tahun lalu, PNM mencatatkan total nasabah sebanyak 4,05 juta.
“Kami ada dana hibah dari pemerintah sebesar Rp 907 miliar untuk nasabah Mekaar dan ULaMM. Sekarang per hari nasabah Mekaar penyalurannya Rp 100 miliar-Rp 125 miliar,” jelasnya.
Sementara untuk segmen syariah, Arief menjelaskan, saat ini ada 1.591 nasabah syariah yang berasal dari program Mekaar. Adapun target hingga akhir tahun sebesar 2juta nasabah.
“Outstanding sebesar Rp 2,4 triliun per Desember 2018 kemarin dengan skema syariah sebesar Rp 1,5 triliun. Per Januari 2019 sudah Rp 4,15 triliun untuk program Mekaar (nasabah syariah),” ucapnya.
Di sisi lain, perseroan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas ini diimplementasikan melalui Program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) yang berbentuk pelatihan dan pendampingan.
“Kami membantu nasabah memperluas jaringan pemasaran dengan memanfaatkan saluran digital,” ungkapnya.
Untuk mencapai target pembiayaan tahun ini, PNM akan meningkatkan produktifitas karyawan-karyawannya dan layanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kearifan lokal nasabah. PNM juga akan meningkatkan efektifitas dengan terus berinovasi dalam pemanfaatan teknologi.
Dari rasio kredit bermasalah alias tingkat non performing loan (NPL) pada 2019, PNM mengaku tidak terlalu khawatir, sebab NPL-nya pada 2018 cukup stabil dengan berada pada kisaran 1,33 persen. Menurut Arief, untuk menjaga kualitas NPL, PNM akan terus menjalankan kegiatan pemberdayaan dan pendampingan usaha ada.
Sementara Direktur Keuangan PNM Tjatur H Priyono meyakini kinerja keuangan perseroan akan tumbuh signifikan dalam lima tahun ke depan. Pada tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan menjadi Rp 4,69 triliun.
Untuk laba bersih diproyeksikan sebesar Rp 187 miliar dan akan terus meningkat hingga Rp 567 miliar pada 2023 mendatang. Adapun total aset diharapkan meningkat dari Rp 22,4 triliun menjadi Rp 37,3 triliun pada 2023 mendatang.
“Ke depan, kita memasuki periode harvest sehingga sejak 2018 kita akan terus mengalami peningkatan laba bersih. Sementara investasi sudah tidak terlalu banyak lagi,” ucapnya.
Untuk dua program PNM yakni Mekaar dan ULaMM, perseroan menargetkan 8,4 juta nasabah pada 2023 mendatang.
“Kami optimis target bisa tercapai karena sudah ada 18.300 orang agen lapangan yang mendampingi program Mekaar dan ULaMM,” jelasnya.