EKBIS.CO, JAKARTA -- PT. ABM Investasi salah satu perusahaan batu bara mentargetkan memproduksi batu bara sebanyak 12 juta ton. Produksi tersebut berasal dari tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan dan dari tambang PT Mifa Bersaudara (Mifa) dan PT Bara Energi Lestari (BEL) di Aceh.
Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga menjelaskan, pada 2018 harga rata-rata batu bara mengalami volatilitas dan cenderung menurun pada kuartal IV tahun lalu. Namun, penguatan sinergi, terutama optimalisasi operasional di antara seluruh entitas bisnis Grup ABM membuat kinerja perusahaan tetap terjaga secara positif.
Menurut Adrian, sebagai perusahaan tambang batu bara terintegrasi, ABM memiliki layanan dari hulu sampai hilir yang semakin efisien. Ini adalah modal bagi ABM untuk terus memperkuat bisnisnya, baik melalui peningkatan produksi di tambang sendiri maupun melakukan aliansi strategis dengan pemilik tambang lain dengan ABM sebagai pengelola tambang batu baranya.
"Kami akan menawarkan jasa pengelolaan tambang melalui kerja sama strategis dengan pemilik tambang. Proses awal produksi hingga pemasaran batu bara akan dilakukan oleh Grup ABM,” jelas Adrian, Kamis (2/5).
Sejalan dengan menipisnya cadangan batu bara di TIA, ABM akan lebih fokus mengembangkan tambang Mifa serta menerapkan proses Mining Value Chain pada tambang lainnya.
"Spesifikasi dan kualitas batu bara yang dimiliki Mifa dan TIA masih dibutuhkan oleh sejumlah negara Asia seperti Cina, India, Vietnam dan Thailand. Kami bersyukur konsumen kami di luar negeri permintaannya masih sangat tinggi," kata Adrian.
Kemudian, Andi berkeyakinan bahwa di tahun 2019 industri batu bara akan lebih stabil. Perekonomian global yang tetap positif dan kebutuhan batu bara di dalam negeri yang juga terus meningkat akan menjadi katalisator bisnis batu bara.
Sebagai perusahaan terbuka, Andi menegaskan, bahwa strategi Mining Value Chain telah sesuai dengan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG). Penerapan prinsip GCG ini terutama didasarkan pada lima (5) prinsip dasar yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.
“ABM akan terus memperkuat sinergi, terutama mendorong bisnis inti kami yaitu CK dan Reswara untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan peluang yang sangat terbuka di industri ini,” kata Andi.